Pendahuluan
Daftar Pustaka
Tumbuhan yang ada di bumi banyak sekali jumlahnya, selain itu sangat beranekaragam pula. Keanekaragaman tersebut ditunjukkan dengan adanya variasi bentuk penampilan, wama serta ciri lainnya. Sejalan dengan perkembangan zaman, maka kegiatan eksplorasi tumbuhan juga semakin meningkat. Kenyataan ini mengakibatkan semakin sulitnya mempelajari tumbuhan yang sangat beragam. Oleh karena itu ahli botani berusaha membuat suatu sistem, dimana hubungan yang memiliki kesamaan sifat dan ciri dimasukkan dalam suatu kelompok tertentu. Kelompok-kelompok itu disebut dengan takson (Stuessy, l989). tumbuhan yang satu dengan lainnya memiliki kesamaan sifat dan ciri yang dibuktikan dengan adanya hubungan kekerabatan satu sama lainnya.
Tumbuhan yang termasuk dalam satu familia pada umumnya mempunyai anatomi, morfologi, kemungkinan besar mempunyai proses fisiologi yang mirip pula (Badaria, tanpa tahun). Seperti anggota dari familia Cucurbitaceae yang memiliki persamaan ciri morfologi berupa anak sulur, (Rideng 1989). Selain itu juga mengandung zat kimia yang sama berupa cucurbitasin (Ardiyani, 2007).
Gambar Buah Oyong (Luffa acutangula)
Tanaman sayuran Cucurbitaceae umumnya merupakan tanaman yang bersifat menjalar. Tanaman Cucurbitaceae atau waluh-waluhan mempunya ciri morfologi seperti batangnya panjang, mengandung air dan lunak, daunnya lebar dan bercangap menjari serta seluruh bagian batang sampai daun ditumbuhi bulu-bulu tajam.
Tanaman Cucurbitaceae memiliki bunga di mana bunganya berkelamin tunggal (unisexualis), namun monokotil. Bunga betina ditandai dengan adanya bakal buah. Bakal bunganya berbentuk bulat panjang dan membengkak di bawah mahkota bunga. Mahkota bunganya berbentuk bintang berwarna kuning atau putih kekuningan. Bijinya banyak, berbentuk pipih, berwarna putih kekuningan, dan terdapat dalam ruang buah.
Adanya peningkatan kebutuhan pangan khususnya tanaman sayuran meningkat seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya dalam pemenuhan gizi. Salah satu tanaman sayuran yang perlu dikembangkan adalah tanaman oyong (Luffa acutangula) atau disebut juga gambas. Tanaman ini termasuk dalam famili Cucurbitaceae, berasal dari India, namun telah beradaptasi dengan baik di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tanaman ini bermanfaat selain sebagai sayur, juga bagian dalam buah tua digunakan untuk sabut, daunnya digunakan untuk lalab atau dapat juga digunakan untuk obat bagi penderita demam. Daun tanaman oyong dapat digunakan untuk obat penyakit asma dan obat kencing darah. Berdasarkan Rubatzky (2007), pada tanaman oyong yang sudah tua dan kering terdapat serat yang dapat digunakan sebagai sabut pencuci, bahan penyaring kasar, peredam, bantalan dan bahan pengemas.
Oyong merupakan tanaman merambat dengan menggunakan spiral. Batang oyong panjang, kuat dari labu siam. Panjang batangnya dapat mencapai puluhan meter, daunnya lebar berlekuk menjari dengan bulu halus. Daunnya beraroma segar. Oyong berakar tunggang serta berakar samping yang kuat dan agak dalam. Buah oyong memiliki rasa yang enak, dingin, serta mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C.Famili Cucurbitaceae
Famili Cucurbitaceae
Cucurbiteceae atau tanaman pertanian yang merambat termasuk dalam tanaman sayuran penting (Wehner and Maynard 2003). Cucurbitaceae adalah tanaman herba/terna setahun (Crase 2011), jarang sekali berupa semak atau perdu (Tjitrosoepomo 2002), sebagian besar merambat atau menjalar, biasanya dengan sulur yang berada pada node atau buku-buku (Crase 2011). Sulur atau alat-alat pembelit merupakan metamorfosis cabang, dahan atau kadang-kadang daun penumpu (Tjitrosoepomo 2002). Tanamannya memiliki satu ujung atau bercabang (Crase 2011).
Tanaman oyong umur 7 Hari setelah tanam
Tanaman Cucurbitaceae biasanya monoecious (bunga jantan dan bunga betina terpisah) (Wehner & Maynard 2003). Daunnya berseling, berdaun muda pada tangkai, biasanya berlekuk. Bunganya sebagian besar uniseksual/berkelamin tunggal, biasanya aktinomorf. Kelopak bunganya sebagian besar berjumlah 5 buah dan berlekuk, mahkota bunganya berjumlah 5 dan berlekuk atau bebas, mahkota bunga pada bunga jantan berbeda dengan mahkota bunga pada bunga betina. Benang sarinya berjumlah 5 dan berselang (Crase 2011). Benang sari jarang bebas, kebanyakan berlekatan satu sama lain. Bakal buahnya tenggelam, kebanyakan beruang tiga, masing-masing ruang terdapat dua tembuni yang membengkok keluar dengan sejumlah besar bakal biji (adakalanya hanya satu), masing-masing dengan dua selaput kulit biji. Buahnya pada umumnya berupa buah buni, jarang seperti buah kendaga (Tjitrosoepomo 2002). Biji yang dihasilkan berjumlah satu sampai banyak, biasanya berdekatan, kadang-kadang tepian biji melebar, permukaannya halus atau bermacam-macam, memiliki embrio yang besar, dan tidak memiliki endosperma (Crase 2011). Buahnya memiliki bentuk yang bermacam-macam dan buah khususnya disebut labu. Tanaman Cucurbitaceae membutuhkan serangga, terutama lebah untuk membantu penyerbukan (Wehner and Maynard 2003).
Taksonomi Famili Cucurbitaceae adalah sebagai berikut: Kingdom Plantae, Filum Magnoliophyta, Klas Magnoliopsida, Ordo Cucurbitales, Famili Cucurbitaceae. Famili Cucurbitaceae terbagi menjadi dua subfamili yaitu Zanonioideae dan Cucurbitoideae. Subfamili Cucurbitoideae terdiri dari tanaman-tanaman yang berguna sebagai bahan makanan (Deyo and O‟malley 2008). Famili Cucurbitaceae mencakup kurang lebih 120 genus dan lebih dari 900 spesies yang tersebar di daerah tropis dan subtropis di Afrika, Asia, Australia, dan Amerika (Crase 2011). Cucurbitaceae terbagi menjadi beberapa tribe antara lain Melothriae (mentimun dan melon), Joliffieae (melon pahit), Benincaseae (semangka, labu lilin), Cucurbiteae (labu), dan Sicyeae (labu siam) (Wehner and Maynard 2003).
Beberapa spesies tanaman yang termasuk dalam famili Cucurbitaceae antara lain semangka (Citrullus lanatus), mentimun (Cucumis sativus), melon (Cucumis melo), squash, waluh, zucchini (Cucurbita pepo), labu besar (Cucurbita maxima), paria (Momordica charantia), dan labu siam (Sechium edule) (Rubatzky and Yamaguchi 1997), waluh (Cucurbita moschata), oyong (Luffa acutangula), labu air (Legenaria leucantha), beligo (Benincasa hispida), paria belut (Trichosanthes anguina) (Tjitrosoepomo 2002).
Tanaman Oyong (Luffa acutangula)
Oyong adalah tanaman asli wilayah tropika Asia; lokasi tepatnya tidakdiketahui pasti. Kata “loofah” (oyong) berasal dari bahasa arab dan tanaman serta buahnya disebut dalam peninggalan tertulis dalam bahasa Sansakerta dan Hieroglif. Tanaman oyong bersal dari India sehingga memiliki nama lain seperti angled loofah, towel gourd, dish-cloth gourd, ridged gourd, silk gourd, long okra, ribbed loofah, ribbed gourd (Whitaker and Davis, 1962).
Oyong adalah tanaman setahun dengan batang memanjat dan jagur. Tanaman ini termasuk dalam suku labu-labuan atau Cucurbitaceae (Rubatzky et al.,1997). Klasifikasi tanaman oyong antara lain :
Kingdom : Plantae (Tanaman)
Sub Kingdom : Tracheobionta (Berpembuluh)
Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)
Divisio : Magnoliophyta (Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Familia : Cucurbitaceae (Labu-labuan)
Genus : Luffa
Spesies : Luffa acutangula L. Robx
Ciri-ciri dari tanaman ini yaitu pada daun memiliki tekstur permukaan yang kasar yang amat mirip dengan daun mentimun, tetapi lebih besardan bersudut lebih banyak dengan cuping yang lebih beragam. Batangnya bersudut empat atau lima dengan sulur bercabang. Bunga berwarna kuning, berdiameter sekitar 5 cm. Bunga jantan 5-10 kuntum, berkelompok dalam tandan dan ketiak daun sedangkan bunga betina tumbuh tunggal dan juga terbentuk padaketiak daun yang sama. Bunga Luffa acutangula berbunga pada sore hari. Penyerbukan sangat kurang sehingga, dapat menyebabkan buah terbentuk tidak sempurna. Perlakuan dengan zat pengatur tumbuh, asam indol asetat (Indole Acetic Acetat – IAA) dapat mengurangi nisbah bunga jantan terhadap bunga betina dan hari pendek cenderung meningkatkan pembungaan betina. Pada saat penyerbukan tidak memadai, banyak terbentuk biji hitam pipih, panjang sekitar 12mm dan lebar 8 mm (Rubatzky et al., 1997).
Tanaman lebih baik ditanam pada tanah liat berpasir yang dalam dengan pengairan yang baik, kaya akan bahan organik dengan pH berkisar antara 6.5-7.5. Tanaman juga dapat tumbuh pada semua jenis tanah dan sebaiknya tanah perlu dipersiapkan dengan menambahkan bahan organik beberapa minggu sebelum penanaman (Davis, 1996).
Tanaman ini menghasilkan banyak buah. Saat berpolinasi, buah akan berbentuk seperti ketimun. Buah akan tetap lembut hingga kulitnya menipis lalu serat akan mulai terbentuk. Tanaman akan terus tumbuh dan menghasilkan buah hingga sponge mulai matang. Proses pemanenan dapat dilakukan kapan saja. Buah akan berubah menjadi coklat kekuningan dan bobotnya semakin ringan akibat pengeringan.
Bunga Tanaman Oyong
Jumlah buah berkaitan dengan jumlah buah yang dipanen dan lamanya periode pertumbuhan. Seringnya pengambilan buah akan meningkatkan bunga betina. Sebagai sayuran, buah biasanya dipanen sekitar 2 bulan setelah tanam ketika masih muda dan hijau jauh sebelum mencapai ukuran maksimum. Diperlukan sekitar 4 atau 5 bulan setelah tanam untuk menghasilkan biji matang (Rubatzky et al., 1997).
Buah oyong yang masih muda dapat dimakan dan biasanya dijadikan sebagai sayur sedangkan tanaman oyong yang sudah tua sudah tidak enak dan tidak dapat dimakan. Semakin tua, oyong akan berubah semakin kering dan akan terbentuk serat yang dapat dijadikan sebagai sabut pencuci, bahan penyaring kasar, peredam, bantalan dan pengemas.
Buah Tanaman Oyong
Oyong atau gambas (Luffa acutangula L. Roxb) sering di kelirukan dengan tanaman yang serupa dengan oyong, yaitu blustru (Luffa cilindrica L. Rohm). Kedua jenis sayuran itu saat masih muda berwarna hijau dan tidak banyak mengandung air. Buah berbiji banyak. Setelah tua buahnya menjadi warna kuning keputih-putihan atau abu-abu dan kering. Akan tetapi, kedua jenis sayuran tersebut mudah di bedakan dengan melihat bentuk buahnya. Buah oyong berbentuk bulat panjang dan berusuk-rusuk(lingir). Jumlah rusuk yang jelas sebanyak 10 buah. Jika buah dipotong melintang, terlihat seperti roda-roda bergerigi. Sedangkan bentuk buah blustru (emes) bulat panjang dan tidak mempunyai rusuk. Jika di potong melintang, buahnya menyerupai roda tidak bergerigi.
Daftar Pustaka
Ardiyani, Novica. 7 Februari 2007.Tanaman Obat Indonesia, (Online), (http://www.idionline.org /_05_infodk_obattrad 11 .htm, diakses tanggal 5 September 2012).
Badariah. Tanpa Tahun,'HubunganKekerabatan Empat Species Familia abiatee ditinjau dari Morfologi dan Kandungan Minyak Atsiri”. skripsi, Fakultas Perikanan dan Ikmu Kelautan-unidayan-Jln. Yos sudarso No. 43 Baubau).
Crase B. 2011. Flora of the darwin region volume 1 cucurbitaceae. Australia: Northern Territory Government.
Davis, J.M. 1996. Loofa gourds. The Permaculture Activist. 34:45-47.
Deyo A, O‟Malley. 2008. Cucurbitaceae. College Seminar 235 Food for Thought: The Science, Culture, & Politics of Food. Northern Territory Government
Gembong Tjitrosoepomo, 2002, Taksonomi Tumbuhan (spermatopyta). Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3. Institut Teknologi Bandung. ITB. Bandung. Terjemahan dari: World Vegetables: Principles, production, and nutritive values.
Wehner, T. C. and D.N. Maynard. 2003. Cucurbitaceae (vine crops). In: Encyclopedia of Life Sciences. Nature Publishing .
0 Response to "Tanaman Oyong (Luffa acutangula)"
Posting Komentar