Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Beberapa planlet tanaman dalam botol
Dalam proses perbanyakan in vitro (kultur jaringan) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, sumber eksplan, inisiasi tunas, multiplikasi, perakaran, dan aklimatisasi. Aklimatisasi merupakan salah satu tahap yang penting. Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.
Aklimatisasi dapat dilakukan di rumah kaca, rumah kasa atau pesemaian, yang kondisinya (terutama kelembaban) dapat dikendalikan. Planlet dapat ditanam dalam dua cara. Pertama, planlet ditanam dalam polibag diameter 10 cm yang berisi media (tanah + pupuk kandang) yang telah disterilkan. Planlet (dalam polibag) dipelihara di rumah kaca atau rumah kasa. Kedua, bibit ditaruh di atas bedengan yang dinaungi dengan plastik. Lebar pesemaian 1-1,2 m, panjangnya tergantung keadaan tempat. Dua sampai tiga minggu sebelum tanam, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (4 kg/m2) dan disterilkan dengan formalin 4%. Planlet ditanam dengan jarak 20 cm x 20 cm. Aklimatisasi berlangsung selama 2-3 bulan. Aklimatisasi cara pertama dapat dilakukan bila lokasi pertanaman letaknya jauh dari pesemaian dan cara kedua dilakukan bila pesemaian berada di sekitar areal pertanaman.
Menurut Sukmadjaja dan Mariska (2003), media tumbuh yang biasa digunakan untuk aklimatisasi berupa arang sekam atau campuran tanah dan arang sekam (1 : 1) atau tanah dan serbuk sabut kelapa (1 : 1) atau tanah dan kompos halus (1 : 1). Menurut Wattimena et al. (1992), media yang paling baik pada aklimatisasi rotan adalah pasir : tanah : kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Namun selain media, keberhasilan aklimatisasi juga ditentukan oleh temperatur dan intensitas pencahayaan yang tepat. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa planlet rotan paling baik diaklimatisasi pada lingkungan yang berkelembabn 100% dengan intensitas 50%, temperatur maksimum 250C. Oleh karena itu, aklimatisasi merupakan tahap yang paling menentukan dan merupakan tahap peralihan, dan terkadang menjadi faktor pembatas dalam teknik in vitro.
Aktimalisasi Planlet pada media arang sekam
Pada tanaman anggrek, tahap aktimalisasi dapat dimulai dengan mengeluarkan tanaman/planlet dari dalam botol dengan hati-hati menggunakan pinset dan diusahakan akarnya tidak terpotong ataupun luka. Kemudian cuci dengan air mengalir sampai bersih dan tidak ada sisa media (agar) di akar. Sebelum planlet dipindahkan ke media sekam steril, terlebih dahulu planlet direndam dengan dithane 45. Selanjutnya planlet segera ditanam di arang sekam steril yang ditempatkan di dalam gelas aqua plastik. Planlet anggrek ditanam dalam dua bentuk yaitu planlet gerombol dan planlet single. Kemudian planlet ditutup dengan hati-hati agar tanaman tidak patah dan simpan di ruang kultur selama 1 minggu.
Proses aklimatisasi merupakan proses bagaimana suatu planlet dapat beradaptasi dari lingkungan autotrof (in vitro) ke lingkungan heterotrof (in vivo). Di dalam botol, media tumbuh dilengkapi dengan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga tanaman tidak perlu bekerja keras melakukan metabolisme sendiri. Akan tetapi pada kondisi in vivo, tanaman harus mampu mensintesis makanannya sendiri agar dapat beradaptasi dengan baik. Dalam proses adaptasi tersebut planlet mengalami stress dan membutuhkan waktu recovery. Oleh karena itu, pelaksanaan aklimatisasi harus dilakukan secara bertahap agar tanaman tidak shock oleh kondisi in vivo yang sama sekali berbeda dengan kondisi in vitro.
Sumber :
Mariska, I. dan D. Sukmadjaja. 2003. Kultur jaringan abaka. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.
0 Response to "Aktimalisasi Planlet Tanaman"
Posting Komentar