Obyek Wisata Daerah Nusa Tenggara Timur
      KupanG 
   
Kupang adalah ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)  yang juga sebagai  kota utama di Timor Barat. Walaupun Kupang merupakan kota  kecil namun  memiliki suasana yang sibuk dan lalu lintas di pusat kota yang  ramai  namun agak semrawut seperti umumnya kota maju lainnya di Indonesia.   Kawasan pemukiman menengah kebanyakan berada di kawasan pinggiran kota   sementara kawasan perkantoran pemerintahan berada di bagian Timur kota  termasuk  diantaranya kantor pariwisata yang berada di Jl. Raya El Tari  (telp 21540).
Wisatawan   dapat mengunjungi Museum Nusa Tenggara Timur yang berada di dekat  kantor  pariwisata. Museum ini memiliki koleksi benda-benda seni,  kerajinan dan  benda-benda peninggalan sejarah yang berasal dari  berbagai daerah di NTT.
Pantai  Manikin berada di Tarus Kecamatan Kupang Tengah, sekitar 13 km dari Kota   Kupang. Pantainya memiliki panorama alam, yang indah, pasir putih dan  menjadi  obyek wisata pantai yang banyak dikunjungi wisatawan untuk  berenang, voli  pantai dan memiliki lokasi untuk berkemah.
Ada  dua obyek wisata pantai di Kecamatan Semau yaitu Pantai Akle dan Pantai Otan  yang berjarak 15 mil laut dari Kota Kupang. Ada juga Pantai Pulau Kera  6 mil  laut dari Kota Kupang dengan lama perjalanan 45 menit  menggunakan perahu motor.  Panjang pantainya 3 km dengan keindahan taman  laut, terumbu karang dan  bermacam-macam ikan hias Dikawasan pantai ini  cocok untuk ditanam pohon kelapa,  pohon turi dan telah diadakan aksi  penanaman 1.000 anakan pohon asam dan kayu  besi, kerjasama antar pemuda  Kabupaten Kupang dan LSM OICA tahun 2001 lalu  memperingati Hari  Lingkungan Hidup Sedunia.
Pulau  Semau dan Pulau Kera adalah dua pulau yang terlihat dari Kupang. Kedua pulau  ini memiliki  kawasan pantai yang indah dengan airnya yang jernih, bagus untuk   snorkeling. Sejumlah penginapan di Kupang menyediakan paket tur bagi  wisatawan  yang akan mengunjungi Pulau Semau.
Wisatawan  dapat mengunjungi Baun yaitu sebuah desa kecil yang terletak sekitar 30 km di  Tenggara  Kupang. Desa yang terletak di kecamatan Amarasi di kawasan yang   berbukit-bukit ini merupakan pusat kerajinan tenun. Selain itu, di  tempat ini  terdapat sejumlah bangunan peninggalan kolonial Belanda dan  juga rumah raja  yang merupakan rumah bekas penguasa terakhir di wilayah  ini.
Baumata  adalah sebuah desa yang terletak 16 km dari Kota Kupang atau 6 km arah Timur  dari Bandara El Tari kupang, tepatnya di Kecamatan Kupang Tengah yang merupakan  salah satu tempat  rekreasi/objek wisata yang cukup dikenal dan ramai dikunjungi  orang.  Daya tarik yang menonjol yang dimiliki obyek wisata alam Baumata adalah  Kolam Renangnya baik bagi orang dewasa dan anak-anak.
Di   tempat ini pula terdapat peninggalan sejarah/situs yaitu gua alam yang  cukup  menarik dengan stalaktit dan stalakmit, berjarak kurang lebih  250 meter dari  kolam renang. Masyarakat menyebutnya "Gua Jepang" yang merupakan  bekas peninggalan Tentara Jepang sebagai tempat persembunyian selama perang  dunia ke II.
Selain   menikmati pemandangan alamnya dengan udara yang sejuk, didekat kolam  renang itu  juga terdapat kolam alam yang dihiasi dengan bunga teratai  sebagai tempat  perlindungan beberapa habitat air tawar seperti  jenis-jenis ikan dan udang.  Juga saat ini oleh pihak pengelola, kolam  tersebut telah dibudidayakan beberapa  jenis ikan yang potensial untuk  dikonsumsi antara lain: ikan Bandeng, Tawes dan  ikan Mas.
Hal   ini membuat Baumata merupakan gabungan yang menarik antara sumber mata  air  alam, kolam renang, gua Jepang serta pepohonan dengan udaranya  yang sejuk.  Kegiatan yang dapat dilakukan selain menikmati pemandangan  alam dengan udara  yang sejuk adalah berkemah, kegiatan fotografi dan  menikmati kebudayaan  tradisional masyarakat yaitu "Tarian Hering" yang  biasa ditarikan  untuk menyambut para pembesar atau Tamu Agung.
Wilayah   di sekitar Kupang memiliki sejumlah desa tradisional yang menarik  untuk  dikunjungi. Pemandu wisata biasanya akan mendatangi wisatawan  untuk menawarkan  jasa menemani wisatawan mengunjungi desa-desa itu. NTT  memiliki perairan dengan  lokasi penyelaman yang indah khususnya bagi  wisatawan yang mempunyai hobi untuk  menyelam. Kupang adalah tempat yang  bagus untuk mengatur perjalanan untuk  mendatangi lokasi penyelaman.
Terletak  sekitar 46 km di Timur Laut Kupang terdapat Taman Wisata Camplong yang  merupakan cagar alam hutan dan memiliki sejumlah gua serta kolam  renang yang  airnya berasal dari sumber mata air di wilayah ini. Dari  sini dengan jarak  sekitar 7 km, pengunjung dapat mendaki Gunung Fatuleu  yang ditumbuhi aneka  flora pegunungan.
Obyek   wisata lainnya di Kabupaten Kupang terdiri dari obyek wisata alam,  bahari,  wisata budaya dan sejarah. Wisaya alamnya seperti obyek pantai  yang menyebar di  beberapa kecamatan. Wilayah di sekitar Kupang memiliki  beberapa tempat menarik  untuk dikunjungi antara lain Pantai Lasiana  yang terletak sekitar 10 km dari  pusat kota Kupang ke arah Timur.  Kawasan pantai yang indah dengan pasirnya  berwarna putih dapat ditemui  di Tablolong yang berada sekitar 27 km Barat Daya  Kupang.
Pantai   Air Cina di kawasan ini merupakan salah satu lokasi yang menarik untuk   dikunjungi dengan suasana yang lebih sepi namun angkutan umum menuju  ke pantai  ini lebih sedikit.
Pantai  Sulamu di Kecamatan Sulamu juga memiliki pasir putih dan jaraknya 80 km dari   Kota Kupang dan cocok pula untuk kegiatan menyelam. Pantai Uiasa juga  berada di  kecamatan yang sama, berjarak 6 mil laut dari Kota Kupang  atau satu jam  perjalanan dari Kupang. Mempunyai pasir putih, taman laut  yang indah (terutama  terumbu karang dan ikan hias) tempat rekreasi,  mandi, berenang, berjemur dan  mancing.
Pantai  Barate di Kecamatan Fatuleu, berjarak 95 km dari Kota Kupang membentang   sepanjang 5 km. Seperti halnya Manikin, di sini pengunjung juga bisa  menikmati  panorama alam, pasir putih, berekreasi atau berenang dan  menyelam.
Sementara  Pantai Oipoli letaknya di Kecamatan Amfoang Utara, berjarak 145 km dari Kota  Kupang  dengan spesifikasi daya tarik pasir putih, batu kapal, tempat rekreasi,   mandi dan berenang. Masih di kecamatan yang sama terdapat Pantai  Naikliu yang  berpasir putih dan menjadi tempat rekreasi masyarakat.
Kecamatan  Kupang Barat banyak memiliki obyek pantai antara lain Pantai Tablolong yang  berjarak 30 km dari Kota Kupang memiliki keadaan pantai yang unik  dan kerap  dipakai untuk kegiatan lomba dayung serta lomba mancing  tradisional baik  tingkat nasional maupun internasional. Selain menjadi  tempat rekreasi, bisa  juga dipakai untuk kegiatan selancar angin.  Dibelakang obyek wisata Tablolong  terdapat hutan belukar seluas 3 ha  yang dihuni oleh satwa berupa monyet dan  hutan.
Dibelakang  obyek ini terdapat desa budaya yaitu Suku Panaf dengan  jumlah Kepala Keluarga  18 KK, dengan bahasanya adalah campuran bahasa  Oekusi, Helong dan Rote  (merupakan keunikan satu Dusun Panaf. Tempat  Suku Panaf berupa batu yang  bentuknya seperti kambing yang menjorok ke  laut.
Pantai  Oesina di Lifuleo Kecamatan Kupang Barat membentang sepanjang 70 km. Selain   berenang dan menyelam juga bisa untuk berkemah. Pantai lainnya bisa   dikembangkan untuk olahraga ski yaitu Pantai Batule, sedangkan di Pantai  Salupu  di Desa Lifuleo Kecamatan yang sama memiliki daya tarik hutan  bakau dan satwa  kelelawar.
Kupang   juga dikenal dengan atraksi pacuan kuda tradisional di Oefafi  Kecamatan Kupang  Timur dan dikenal pula dengan musik tradisional yang  disebut Sasando. Industri  musik Sasando di Oebelo Kecamatan Kupang Tengah yang juga menjadi sentra  pembuatan kerajinan tangan.
Pantai  Bolow di  Kecamatan Sabu Timur, Pantai Raijua dan Pantai Seba di Kecamatan Sabu   Barat memiliki daya tarik pasir putih, dan cocok pula untuk menyelam. 
Potensi   wisata budayanya juga tak kalah menarik dengan adanya kuburan Raja  Koroh di  Desa Teunbeun Kecamatan Amarasi yang merupakan tempat  bersemayamnya raja-raja  Amarasi. Letaknya 28 km dari Kota Kupang. Yang  mudah dijangkau dengan kendaraan  umum maupun pribadi. Batu Megalitik  Namata di Desa Railolo Kecamatan Sabu barat  memiliki daya tarik  batu-batu megalitik, perkampungan adat dan rumah adat.  Sementara di  Tenihau terdapat istana/Rumah Adat Raja Sabu.
Upacara   adat mewarnai kehidupan masyarakat NTT antara lain upacara Kolouju di  Ledeunu  Kecamatan Raijua sebagai ungkapan rasa terimakasih atas hasil  panen. Di desa  lainnya Pahoru/Wodho Kecamatan Sabu Barat. Juga dikenal  dengan upacara adat  penyambutan hasil panen ini yang berlangsung selama  satu minggu. Salah satu  atraksi uniknya adalah kegiatan mencambuk kaki  dengan rotan antara kelompok  atau suku di| lapangan terbuka.
Tempat-tempat   bersejarah juga menjadi daya tarik wisata di Kabupaten kupang antara  lain yang  menarik dan patut dikunjungi adalah Monumen veteran Australia di  Oesao  Kecamatan Kupang Timur. Berjarak 20 km dari Kota Kupang. Monumen  ini dibangun  untuk memperingati tentara-tentara Australia yang tewas  melawan tentara Jepang  dalam peperangan yang berlangsung tahun 1942  dengan menelan banyak korban.
Gua  Jepang Tonhitu dan Sonliku di Buraen Kecamatan Amarasi. berupa lubang tempat  perlindungan dan  pertahanan Jepang atas serangan Angkatan Udara Australia. Gua  Jepang  lainnya adalah Panafbibi di Tasikona merupakan tempat pendaratan dan   perlindungan serta pertahanan Jepang pada perang dunia ke II, bungker   pertahanan dengan ukuran 10 x 4 m dan luas kamar 2 x 2 m dengan 2 pintu  menghadap  ke pantai. Gua perlindungan Jepang juga ditemukan di Daieko  Kecamatan Sabu  Barat yang disebut Gua Leimadira seluas 2 km.
Gua-gua  alam lainnya yang memiliki potensi sebagai obyek wisata tersebar di beberapa  tempat seperti Gua Alam Kristal Bolok,  berjarak 16 km dari Kota Kupang atau  kira-kira 1 km dari Pelabuhan  Fery Bolok. Uniknya di dalam gua ini terdapat  tempat pemandian dan bisa  untuk berenang bahkan menyelam bagi orang muda yang  memiliki stamina  yang kuat. Di dalam gua ini terdapat sumber mata air bersih  dan  stalatik.
Air  Terjun Tesbatan di Kecamatan Amarasi mempunyai lima tingkat serta berhawa  dingin.  Disamping tempat rekreasi, daerah ini juga penghasil sayur-sayuran   untuk kebutuhan kota Kupang. Air terjun lainnya terdapat di kecamatan  Kupang  Barat yaitu air Terjun Oenesu yang memiliki 4 tingkat. 
Pulau  Manifon seluas 2.449,50 ha di nnoraen Kecarnatan Amarasi yang berjarak 65 km   dari kota Kupang mempunyai daya tarik sebagai daerah perlindungan satwa  seperti  buaya, penyu sisik, rusa dan burung. Pantainya juga memiliki  panorama alam dan  pasir putih.
Untuk   wisata alam, banyak kegiatan yang dapat dilakukan antara lain adalah  berwisata  ke Gunung Timau, di Timau Kecamatan Amfoang Utara. Daya tarik  utamanya adalah  panorama alam dan kegiatan mendaki gunung.
Berwisata   ke danau juga bisa menjadi pilihan, seperti ke Danau Nefona seluas 7  ha di Silu  Kecamatan Fatuleu. Berjarak 80 km dari kota Kupang, dapat  dicapai dengan  transportasi umum dan kendaraan pribadi. Danau ini  memiliki panorama alam yang  indah. Begitu pula halnya dengan Danau  Tuadale seluas 10 ha.
Kupang   juga memiliki sejumlah sumber mata air seperti di pemandian Air Panas  Oh'aem di  Kecamatan Amfoang Selatan. Sumber air panas belerang yang  dapat menyembuhkan  penyakit kulit dengan panorama alam yang indah. DI  Lokoaimada, Kecamatan Sabu  Timur juga terdapat sumber mata air dan  menjadi tempat pemandian.
Hal   yang sama juga dapat dilakukan di Eimade be'ibu di Kecamatan Sabu  Barat yang  memiliki sumber mata air dan tempat rekreasi untuk berenang.  Sedangkan di  Kecamatan Sabu Timur juga ada tempat pemandian yaitu di  Lokowadu Wae yang mudah  dijangkau dengan transportasi umum maupun  pribadi.
Cagar   Alam Mutis juga menjadi potensi wisata Kupang yang memiliki luas  keseluruhan  12.000 ha. Berdasarkan wilayah Kabupaten, kawasan masuk  dalam Kabupaten Timor  Tengah Selatan, Kabupaten Kupang dan Kabupaten  Timor Tengah Utara.
Sebagai   salah satu pusat keaneka ragaman hayati yang khas di Provinsi NTT,  lokasinya  berada di atas ketinggian 1.500-2.500 diatas permukaan laut  dengan suhu  rata-rata berkisar antara 12 sampai 19 merupakan daerah  terdingin diantara  daerah panas di pulau Timor. Menurut cerita  masyarakat, puncak Mutis yang  tingginya 2.450 diatas permukaan laut  merupakan pertama turunnya raja di pulau  Timor dan Timor Timur sehingga  kawasan ini sangat diagungkan.
Kekhasan   lainnya adalah keanekaragaman hayati yang unik berupa tegakan homogen  ampupu  (eucaliptus urrophylla) dan beberapa fauna khas endemik yang  dilindungi.
Soe   yang terletak di Timur Laut Kupang merupakan kawasan yang berada pada   ketinggian 800 m dari permukaan laut. Pada malam hari udara di Soe  cukup dingin  namun panas pada siang hari. Perjalanan darat dari Kupang  ke Soe akan melalui  kawasan perbukitan yang indah dan menyenangkan.
Soe   merupakan kota yang cukup berkembang di mana penduduknya tinggal di  rumah-rumah  modern namun masyarakat di sekitar kota ini masih banyak  yang tinggal di rumah  tradisional yang disebut lopo atau ume kebubu  dengan atapnya yang berbentuk  sarang lebah, tidak memiliki jendela  dengan pintu masuk yang rendah—kurang dari  satu meter. Karena tidak  memiliki jendela maKa asap dari dapur terkadang  memenuhi ruangan rumah.
Wilayah   di sekitar Soe memiliki beberapa lokasi menarik untuk dikunjungi  antara lain  Oinlasi yang berada sekitar 51 km dari Soe. Daya tarik  Oinlasi adalah pasar  traditional yang besar yang digelar setiap hari  Selasa. Pasar di tempat ini  adalah yang terbesar dan terbaik di Timur  Barat.
Penduduk   yang berasal dari berbagai desa di wilayah ini berdatangan ke pasar  ini dengan  mengenakan pakaian khas tradisional mereka. Di tempat ini  pedagang menjual  antara lain kain tenun ikat, berbagai ukiran, topeng  dan lain-lain. Tersedia  angkutan umum bus langsung dari Kupang (empat  jam).
Boti   terletak sekitar 12 km dari Oinlasi pada suatu lembah pegunungan yang  agak  terisolir. Perjalanan ke tempat ini harus melalui jalan yang  berliku-liku naik  turun perbukitan. Merupakan salah satu desa yang  tersisa di Timor Barat di mana  masyarakatnya masih teguh menjalankan  tradisi adat mereka. Karenanya tempat ini  sangat menarik bagi wisatawan  manca negara untuk berkunjung.
Warga   desa Boti dipimpin oleh seorang pemimpin atau raja yang berusia lebih  dari 80  tahun dan hanya dapat berbicara dalam bahasa setempat.  Masyarakat Boti tidak  menerima pengaruh agama manapun dan mereka taat  menjalankan aturan adat mereka.  Penduduk di sini hanya mengenakan  pakaian yang ditenun dari kapas yang mereka  tanam sendiri.
Kefamenanu  atau Kefa yang berada di Timur Laut pada jarak sekitar 217 km dari Kupang  adalah  kota yang tenang dengan udaranya yang dingin. Dari tempat ini  pengunjung  dapat berjalan kaki menelusuri kawasan perbukitan yang indah  di sekitar kota,  Kota ini memiliki suasana Katholik yang kuat karena  memiliki sejumlah gereja  dengan bentuk bangunan yang mengesankan.
Kefa   merupakan kota dengan wilayah yang tersebar. Lokasi Pasar lama berada  beberapa  kilometer di Utara terminal bis yang juga merupakan pusat kota  Kefa.
Sumba Tengah Selatan
 
 Kawasan  Sumba Tengah-Selatan memiliki   wilayah yang sulit dilalui dengan sarana transportasi. Walaupun  tersedia  angkutan umum bus dari Waingapu ke Tarimbang dan truk ke  Praingkareha, namun  wisatawan memerlukan kendaraan jip untuk menelusuri  wilayah ini. Tarimbang  merupakan desa yang memiliki kawasan pantai  yang bagus untu kegiatan selancar.
Di   dekat desa Praingkareha terdapat air terjun yang sangat indah setinggi  100 m  yang dinamakan Air Terjun Laputi di maria terdapat kolam yang  menyenangkan di  bawahnya. Lokasi air terjun berada sekitar 3 km dari  desa tersebut. Di desa  Lumbung yang terletak di Timur Laut Praingkareha  juga terdapat air terjun yang  sangat indah setinggi 25 m. Walaupun air  terjun ini tidak terlalu tinggi namun  volume air yang jatuh sangat  besar dan sangat jernih.
Waingapu   merupakan kota terbesar di Sumba dan merupakan pintu masuk utama ke  pulau ini.  Kota ini telah menjadi pusat pemerintahan sejak tentara  Belanda menduduki  wilayah ini pada tahun 1906.
Kota   ini telah lama menjadi kawasan perdagangan yang diawasi oleh sejumlah  kerajaan  kecil yang berada kawasan pesisir. Para pedagang dari Bima,  Makassar dan Ende  banyak yang datang membawa kain dan barang-barang  logam untuk ditukarkan dengan  kuda dan kayu asal daerah ini.
Para   pedagang kain tenun ikat dapat dijumpai dengan mudah di Waingapu;  mereka bahkan  menjajakan barang dagangannya di depan beberapa  penginapan yang terdapat di  kota ini. Salah satu pusat pembuatan tenun  ikat di dekat Waingapu terdapat di  Prailiu yang dapat dicapai dengan  angkutan umum.
Sejumlah   desa tradisional yang berada di wilayah Sumba Timur dapat dikunjungi  wisatawan  dari Waingapu. Wilayah Sumba Timur merelokasi pemakaman batu  leluhur orang  Sumba dengan bentuknya mengesankan.
Selain   itu wilayah ini juga memiliki pusat kerajinan tenun ikat. Masyaraka  desa di  wilayah ini ternyata telah terbiasa menerima kedatanga  wisatawan; hal ini  terlihat bahwa di setiap desa tersedia buku tamu  yang harus diisi pengunjung.
Desa   pantai lainnya adalah Pero dengan panorama pantainya yang sangat  indah. Lokasi  ini terletak hanya beberapa kilometer dari Bondokodi.  Dari sini wisatawan dapat  mengunjungi salah satu desa tradisional di  Ratenggaro. Pemandangan dari  Ratenggaro ke arah pantai sangatlah indah.
 
 Dari   ketinggian lokasi ini terlihat pohon kelapa berjejer di sepanjang  pantai dan di  kejauhan terlihat atap-atap rumah adat desa Wainyapu  berada di seberang sungai.  Wisatawan dapat mendatangi Wainyapu dengan  cara menyeberangi sungai pada saat  air surut.
Praiyawang   yang terletak sekitar 69 km di Tenggara Waingapu atau tujuh kilometer  di  Selatan Melolo merupakan kawasan desa tradisional yang memiliki  rumah adat dan  jUga makam batu leluhur yang mengesankan.
Makam   batu terbesar di tempat ini terdiri atas empat tiang batu besar  setinggi 2 m  yang menopang potongan batu lainnya sepanjang 5 m, lebar  2,5 m dan tebal 1 m di  mana di atasnya terdapat potongan batu yang  lebih kecil yang diukir  bentuk-bentuk manusia dan hewan. Di depan makam  Batu ini terdapat beberapa  rumah adat Sumba.
Sekitar   4 km di Barat Laut Melolo, desa Umabara dan Pau juga memiliki  pemukiman dengan  rumah-rumah adatnya makam Bantu dan tenun ikat. Desa  Ngalu dan Kaliuda di  wilayah Mangili disebut-sebut sebagai penghasil  kain tenun ikat terbaik di  Indonesia yang kaya akan warna-warna alami.  Namun harganya sangat mahal.
Sumber : Buku Informasi Pariwisata Nusantara Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia 
 Sumba

Pulau  Sumba terletak  di Barat Daya  Provinsi NTT, tepatnya berjarak sekitar 96 km di sebelah  Selatan P. Flores, 295  km di sebelah Barat Daya P. Timor dan 1.125 km  di sebelah Barat Laut Darwin  Australia. Pulau ini berada pada busur  luar kepulauan Nusa Tenggara, dan pada  busur tersebut P. Sumba terletak  antara P. Sumbawa dan P. Timor.
Menjelajah   pulau Sumba terbesit pesan bahwa Sumba adalah pulaunya para arwah  karena di  setiap sudut kota dan kampungnya tersimpan persembahan dan  pujian pada leluhur.  Nama Sumba atau Humba berasal dari nama ibu model  Rambu Humba, istri kekasih  hati Umbu Mandoku, salah satu peletak  landasan suku-suku atas kabisu-kabisu  Sumba.
Altar   megalik dan batu kuburan keramat yang menghias setiap jantung kampung  dan dusun  (paraingu) adalah bukti pasti akan kepercayaan animisme itu.  Letaknya yang  berada ditengah-tengah antara Sumbawa dan Timor membuat  secara geografis pulau  Sumba ini agak terisolir dibandingkan dengan  daerah lainnya di Indonesia.
Kondisi   ini menyebabkan pada masa lalu masyarakat pulau ini tidak banyak  menerima  pengaruh dari para pendatang sehingga menjadikan kebudayaan  masyarakat Pulau  Sumba relatif masih murni, dan inilah yang menjadi  daya tarik bagi wisatawan  manca negara untuk datang.
Sumba   juga dikenal dengan produk kain tenun ikat khususnya tenun ikat yang  berasal  dari Sumba Timur. Tenun ikat asal daerah ini disebut-sebut  sebagai yang paling  indah dengan warnanya yang cerah dengan motif-motif  yang menceritakan kehidupan  masyarakat Sumba masa lalu. Sumba Barat  dikenal karena rumah adanya yang  menarik dan juga makam tua peninggalan  leluhur orang Sumba.
Binatang  unggulan ini menambah maraknya atraksi budaya yang dimiliki yaitu Pasola,  petang melempar lembing kayu sambil memacu kuda, untuk menyambut putri  Nyale,  si putri cantik yang menjelma diri dalam wujud cacing laut yang  nikmat gurih.
Pulau   Sumba memiliki wilayah padang rumput yang sangat luas menjadikan pulau  ini  sebagai salah satu kawasan pengembangbiakan kuda. Kuda sering  digunakan di  kawasan yang berbukit-bukit yang sulit dijangkau kendaraan  bermotot. Bagi orang  Sumba, kuda adalah status simbol dan hewan ini  kerap dijadikan mahar atau  syarat untuk melangsungkan pernikahan.
Pasola  berasal dari kata 'sola' atau 'hola', yang berarti sejenis lembing kayu yang  dipakai untuk saling melempar  dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh  dua kelompok yang  berlawanan. Setelah mendapat imbuhan 'pa' (pa-sola, pa-hola),  artinya  menjadi permainan. Jadi Pasola atau pahola berarti permainan   ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang  sedang  dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan.
Diselenggarakan   di Sumba Barat setahun sekali pada bulan Februari di Kodi dan Lamboya.   Sedangkan bulan Maret di Wanokaka, Pasola dilaksanakan di bentangan  padang  luas, disaksikan oleh segenap warga Kabisu dan Paraingu dari  kedua kelompok  yang bertanding dan masyarakat umumnya.
Peserta   permainan adalah pria pilihan dari kedua Kabius yang harus menguasai  dua  keterampilan sekaligus yakni memacu kuda dan melempar lembing  (hola). Pasola  biasanya menjadi klimaks dari seluruh rangkaian kegiatan  dalam rangka pesta  nyale.
Pasola   diyakini merupakan perintah para leluhur untuk dijadikan penduduk  pumeluk  Marapu. Karena itu Pasola pada tempat yang pertama adalah  kultus religius yang  mengungkapkan inti religiositas agama Marapu.
Hal   ini sangat jelas pada pelaksanaan Pasola yang diawali dengan doa  semadhi dan  Lakutapa (puasa) para Raro, foturolog dan pemimpin religius  dari setiap kabisu  terutama yang terlibat dalam Pasola.
Bila   terjadi kematian yang disebabkan oleh permainan Pasola, dipandang  sebagai bukti  pelanggaran atas norma adat yang berlaku. Kegiatan ini  menjadi perekat jalinan  persaudaraan antara dua kelompok yang turut  dalam Pasola.
Sedangkan   sebulan sebelum hari H, pelaksanaan Pasola sudah dimaklumkan bulan  pentahiran  bagi setiap warga Paraingu dan pada saat pelaksanaan Pasola,  darah yang  tercucur sangat berkhasiat untuk kesuburan tanah dan  kesuksesan panenan.
Kecamatan   Kodi merupakan wilayah yang terletak paling Barat di Pulau Sumba  dengan  ibukotanya berada di Bondokodi yang berada sekitar 2 km dari  pantai.
Banyak   pilihan untuk kegiatan wisata pantai di Kabupaten Sumba Barat yaitu ke  pantai  Rua/Wanokaka, pantai pasir putih yang jaraknya 21 km dari kota  Waikabubak  sebagai ibukota kabupaten. Pantai lainnya adalah Nihi Watu,  sekitar 21 km  sebelah Selatan kota Waikabubak. Pantai ini sangat cocok  untuk kegiatan diving,  surfing dan mancing. 
Wilayah   Kodi memiliki banyak lokasi yang menarik misalnya kawasan pedesaan  dengan  rumah-rumah adat yang beratap tinggi, makam batu megalitik; juga  kawasan  pantainya yang panjang dan berpasir putih. Wisatawan juga  berkesempatan untuk  membeli produk kerajinan masyarakat setempat  seperti ukiran kayu, tulang dan  tanduk.
Waikelo   yang terletak di pantai Utara Sumba Barat, di Utara Waitabula  merupakan kota  pelabuhan utama di Sumba Barat. Wilayah yang dihuni  penduduk dengan mayoritas  pemeluk Islam ini memiliki kawasan pantai  yang indah. Di tempat ini terdapat  Newa Sumbawa Resort.
Di   wilayah Timor Barat kondisi alam yang agak kering dengan kondisi  tanahnya yang  berbatu-batu. Namun kawasan pesisirnya memiliki  pantai-pantai yang indah.  Masyarakat Timor Barat umumnya merupakan  masyarakat yang masih tradisional.  Bahasa Tetum merupakan bahasa yang  paling banyak digunakan di Timor Barat di  antara sekitar 13 bahasa  daerah lainnya di wilayah ini.
Waikabubak   adalah kota yang terletak pada ketinggian sekitar 600 m atas permukaan  laut  dengan udara yang agak sejuk. Tempat ini merupakan titik awal  yang bagus untuk  mengeksplorasi desa tradisional Sumba Barat.  Waikabubak memiliki sejumlah rumah  tradisional Sumba juga makam batu  yang diukir dengan motif-motif tanduk kerbau  yang dapat ditemui di  salah satu kampung di kota ini seperti di Kampung  Tambelar.
Selain   itu, di Waikabubak terdapat sejumlah kampung lainnya yang menarik  untuk  dikunjungi seperti Kampung Tarung yang kerap menggelar upacara  adat Wula Podhu  yang terkait dengan kematian. Kampung lainnya yang  menarik dengan pemadangan  yang indah adalah kampung Praijing dan  Bondomarotto.
Kampung   Praijing memiliki panorama yang indah yang berada di atas bukit, 4 km  dari  pusat kota. Di sini juga terdapat rumah tradisional dari makam  batu besar.  Kampung lainnya yang juga indah adalah Kampung Prairami dan  Kampung Primkateti  yang juga berada di atas bukit.
Obyek   wisata lainnya adalah air terjun Mata Yangu di Kecamatan Katikutana  yang  memiliki ketinggian 75 meter yang masih alami dan belum  dieksploirasi. Obyek  wisata air terjun lainnya adalah Waikelo Sawah di  Kecamatan Wewewa Timur  sekitar 12 km dari ibukota kabupaten dan  merupakan air yang keluar dari dalam  gua dan digunakan untuk mengairi  sawah-sawah di lokasi tersebut.
Air   terjun lainnya adalah Dikira di Kecamatan Wewewa Timur 40 km ke arah  Barat dari  Kota Waikabubak. Air terjun ini sangat indah dan menawan.  Air terjun ini di  manfaatkan oleh PLN Cabang Waikabubak untuk  pembangkit listrik tenaga  mikrohidro.
Potensi   wisata alam lainnya adalah kegiatan Taman Nasional Manupeu. Terletak  di  Kecamatan Katikutana 20 km dari Kota Waikabubak. Lokasi Taman  Nasional seluas  65.000 ha dapat dijadikan sebagai tempat penelitian  beragam flora dan fauna.
Di   Desa Taramanu, Kecamatan Wanokaka sekitar 18 km dari kota Waikabubak  terdapat  goa Bijalungu Hiupaana, sebuah gua alam yang setiap tahun  menjadi tempat  digelarnya upacara sakral Marapu yang dimaksudkan  sebagai ungkapan rasa syukur  kepada Tuhan, pemurnianan diri,  memprediksi hasil panen yang akan datang serta  untuk mempersiapkan  alat-alat pertanian.
Upacara   ini di rayakan dengan mempersembahkan makanan dan minuman berupa hewan  kerbau,  babi, dana ayam seraya melantunkan nyanyian, tarian dan  kalimat-kalimat magis  marapu. Ritual budaya yang disebut Purunga  Taliang Marapu berisikan  petuah/wejangan. Wilayah pelaksanaannya pada  desa Umbu Pabai, kecamatan  Katikutana sekitar 38 km dari ibukota  Waikabubak. Berlangsung selama 4 hari  pada minggu pertama bulan  Oktober.
Sisa-sisa   kebudayaan megalitik berupa kubur batu, plus rumah-rumah adat yang  sering  menjadi tempat pelaksanaan upacara adat penguburan jenazah  bangsawan, menarik  minat para wisatawan. Begitu juga wisata alam di  Taman Nasional Laiwangi  Wanggameti dan tempat persinggahan burung dari  Australia.
Di   Anakalang yang terletak sekitar 22 km di Timur Waikabubak-di jalan  raya yang  menuju ke Waingapu-terdapat Kampung Pasunga yang memiliki  makam batu yang  mengesankan. Makam batu ditempai ini terdiri alas  potongan batu besar yang  diletakan horizontal dan di depannya terdapat  potongan batu vertikal yang  diukir dengan bentuk pria dan wanita. Makam  batu di tempat ini dibangun pada  tahun 1926; lima orang dikuburkan di  sini dan pada saat upacara pembangunan  makam batu ini 150 kerbau  disembelih.
Kampung   Sumba yang lebih mengesankan dapat ditemui di Kabonduk, di Selatan  Pasunga, di  tempat ini terdapat makam batu terberat yaitu 70 ton. Pada  waktu pembangunannya  diperlukan 2.000 pekerja yang bekerja selama tiga  tahun untuk menyelesaikan  makam batu ini.
Dari   Kabonduk perjalanan dapat dilanjutkan berjalan kaki selama 15 menit ke  Makaleri  dan Lai Tarung, dua pemukiman asli leluhur masyarakat  setempat. Penghuni Kedua  desa ini kebanyakan sudah pindah ke tempat  lain kecuali beberapa keluarga.
Beberapa   rumah juga sudah roboh karena sudah terlalu tua, namun tempat ini  memiliki  panorama yang sangat indah ke arah kawasan pedesaan di  sekitarnya. Lai Tarung  akan ramai dikunjungi orang pada saat upacara  Puningu Takadonga Ratu yang  merupakan upacara adat untuk menghomati  arwah leluhur yang diadakan setiap  tahun pada bulan Juni.
Di  Gallubakul yang terletak sekitar 2,5 km dan Kabonduk terdapat makam batu Umba  Sawola yang berbentuk batu tunggal sepanjang 5 m; lebar 4 m dan tebal sekitar 1   m. Di Waigali yang terletak sekitar 20 km di Selatan Waikabubak, di  wilayah  (kecamatan) Wanokaka, dapat ditemui sejumlah perkampungan  tradisional. Tempat  ini juga menjadi lokasi festival Pasola yang  diadakan pada bulan Maret. Makam  batu Watu Kajiwa di Praigoli disebut  sebagai makam batu tertua di wilayah ini.
Kawasan  perairan Selatan di Sumba Barat memiliki pantai yang indah antara lain Pantai  Rua yang memiliki sejumlah lokasi yang bagus untuk berenang. Namun pantai  yang  paling indah dengan lokasi yang bagus untuk berselancar terdapat  di Ngihiwatu  dan lebih ke Barat lagi di Pantai Marusi, di dekat  Lamandunga.
Ada  juga pantai Konda Maloba terletak 58 km ke arah Timur kota Waikabubak dan dapat  ditempuh dengan  kendaraan bermotor. Di pantai ini wisatawan dapat menikmati  keindahan  dan kekayaan taman laut sambil menyelam untuk melihat terumbu karang,   habitat ikan hias, rumput laut dan lain-lain. Pantai Marosi juga  merupakan  pantai yang indah dengan pelataran batu karang di bibir  pantai.
Sumber : Buku Informasi Pariwisata Nusantara Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia 
Kepulauan Solor
Di   sebelah Timur Pulau Flores terdapat rangkaian pulau-pulau kecil yang  memiliki  pemandangan indah serta kebudayaan yang unik. Tiga pulau  terbesar di wilayah  ini adalah Pulau Solor, Pulau Adonara dan Pulau Lembata yang  kesemuanya dinamakan dengan sebutan Kepulauan Solor. Kepulauan  ini dapat  dicapai dengan transportasi laut dari Larantuka di Flores.
Kepulauan   Solor umumnya terdiri dari pulau-pulau vulkanis yang dipisahkan dengan  berbagai  selat sempit. Pada abad ke-16 pedagang Portugis pernah  bermukim di Pulau Solor  dan Andonara.
Sementara   Pulau Lembata memiliki daya tarik karena para nelayan di pulau ini  khsusunya di  Desa Lamalera memiliki keahlian berburu ikan paus.
Kota  utama di Pulau Solor adalah Rita-Ebang yang dapat dicapai dengan kapal motor  dari Larantuka yang berangkat  setiap pukul 7 pagi. Selain itu, Pulau Solor juga  dapat dicapai dari  Waiwerang di Pulau Adonara dengan menumpang kapal motor  menuju ke  Menanga, Lahayong dan Lamakera.
Di  dekat Menanga yang berada di kawasan pantai Utara Solor terdapat  sisa  reruntuhan benteng Portugis. Sementara Lamakera yang berada di  ujung Timur Laut  Solor merupakan desa di mana penduduknya bekerja  sebagai pemburu ikan paus.  Kegiatan berburu ikan paus merupakan daya  tarik tersendin namun sayangnya Lamalera  tidak memiliki fasilitas  akomodasi apapun bagi wisatawan.
Waiwerang  merupakan kota utama di Pulau Adonara. Di tempat ini terdapat sejumlah  pasar  yang banyak dikunjungi orang dari berbagai desa di pulau ini dan  juga dari  Solor. Sebagian desa-desa di Adonara berada di kawasan  perbukitan di bagian  tengah pulau. Sejak ratusan tahun lalu, suku-suku  asli pulau ini kerap terlibat  konflik yang menimbulkan korban jiwa dan  kerusakan harta benda.
Pulau  Lembata dikenal karena kegiatan penduduk berburu ikan paus khususnya di desa   Lamalera dan juga gunung api lli Api yang teilihat dari Lewoleba yang  merupakan  kota utama di pulau ini. Penduduk pulau ini menanam jagung,  pisang, pepaya dan  kelapa, sedangkan sebagian besar kebutuhan beras  masih harus diimpor.
Lewoleba   merupakan kota pemukiman terbesar di Lembata dengan suasana yang cukup   menyenangkan dan santai dengan latar belakang pemandangan gunung api  lli Api.  Kawasan pantai Lewoleba merupakan pemukiman orang Bajo yang  tinggal di rumah  tiang di atas air. Sebagian orang Bajo adalah penyelam  mutiara. Wisatawan dapat  mengikuti mereka ke laut dan menyaksikan  mereka menyelam mencari mutiara.
Lamalera   yang terletak di kawasan pantai Selatan Pulau Lembata menjadi daya  tarik bagi  wisatawan di pulau ini. Penduduk desa ini kerap berburu ikan  paus dengan hanya  menggunakan perahu kecil sederhana. Kegiatan  perburuan ikan paus biasanya  diadakan antara bulan Mei dan Oktober  yaitu ketika laut tidak terlalu  bergelombang. Penduduk desa ini  menjadikan perburuan ikan paus sebagai mata  pencaharian mereka.
Hasil   tangkapan ikan paus dibagi berdasarkan tradisi yang telah berlangsung  selama  ratusan tahun. Lemak ikan paus digunakan penduduk sebagai bahan  bakar lampu  penerang dan dagingnya dijual dengan sistem barter dengan  buah-buhan atau sayuran.  Jika ikan paus tidak banyak berkeliaran maka  penduduk berburu ikan jenis lain  yaitu ikan hiu atau lumba-lumba yang  biasanya selalu tersedia sepanjang tahun.
Di   subelah Timur kepulauan Solor terdapat Pulau Alor dan Pulau Pantar.  Alor yang  indah dengan kondisi geografis yang bergunung-gunung.  Perairan di sekitar Alor  dikenal memiliki lokasi penyelaman yang  disebut-sebut sebagai salah satu yang  terbaik di Asia tenggara. Kondisi  alam yang bergunung-gunung menyebabkan  transportasi antara satu daerah  dengan daerah lainnya di pulau ini agak sulit  dilakukan. Kondisi ini  menyebabkan masyarakat hidup terpisah-pisah selama  ratusan tahun yang  menimbulkan berbagai suku dengan kebudayaan yang  berbeda-beda.
Kalabahi   merupakan kota utama di Alor yang merupakan kota pelabuhan terletak  pada ujung  sebuah teluk yang indah di kawasan pantai Barat dan  ditumbuhi banyak pohon  kelapa. Kawasan pantai Kalabahi memiliki lokasi  snorkeling dan penyelaman yang  sangat bagus namun harus waspada dengan  arus laut yang cukup kuat dan terkadang  berbahaya.
Wisatawan   dapat mengunjungi Pasar Inpres Kalabahi dimana penduduk menjual aneka  macam  buah-buahan dan para wanita tengah membuat tikar dari bambu.
Desa   Alor Kecil dan Alor Besar berada tidak jauh dari Kalabahi. Kedua desa  ini  memiliki pantai yang indah dengan lokasi snorkeling dan penyelaman  yang sangat  bagus namun arus air terkadang sangat kuat. Alor Kecil  merupakan desa yang  indah dan juga penghasil tenun ikat. Untuk  mengunjungi kedua desa ini wisatawan  dapat menumpang bus dari pasar  Inpres Kalabahi.
Di   dekat pelabuhan udara, di ujung Utara pulau Alor terdapat Mali yang  memiliki  pantai yang cantik dengan pasir pantainya yang berwarna putih.  Pantai Mali  memiliki lokasi perairan yang sangat bagus untuk  snorkeling.
Di   sini wisatawan dapat menyewa perahu motor untuk berkeliling di  perairan di  kawasan yang indah ini. Wisatawan juga dapat berkunjung ke  Pulau Suki yang  berada di depan pantai Mali. Di Pulau Suki terdapat  sebuah kuburan tua yang  disebut-sebut sebagai makam seorang sultan dari  Sulawesi.
Pantar   adalah pulau terbesar kedua di kelompok kepulauan Alor. Alasan utama  wisatawan  mengunjungi Pantar adalah untuk mendaki Gunung Sirung yang  merupakan gunung  vulkanis aktif dengan kawahnya yang mengeluarkan  magma.
Untuk   mencapai gunung ini, pengunjung harus menumpang truk ke Kakamauta dan   dilanjutkan berjalan kaki selama tiga jam ke kawah Sirung. Kondisi  jalan di  Pantar pada umumnya masih kurang baik kondisinya. Baranusa  adalah kota utama di  Pulau Pantar. Kapal feri yang menjalani rute  Larantuka-Alor singgah ke  Baranusa.
Pulau   Roti yang terletak di antara Pulau Timor dan Pulau Sumba disebut  sebagai pulau  yang berada paling Selatan di Indonesia. Roti memiliki  kawasan pedesaan di tepi  pantai yang indah dengan lokasi selancar yang  disebut sebagai yang terbaik di  Nusa Tenggara.
Masyarakat   Roti juga memiliki tradisi membuat kain tenun ikat dengan warna  dominan merah,  hitam dan kuning dengan motif dan desain yang rumit  seperti motif bunga dan  patola yang merupakan desain dengan  bentuk-bentuk geometris.
Salah   satu tradisi masyarakat Pulau Roti yang belum hilang hingga kini  adalah  mengenakan topi khas masyarakat Roti yang disebut dengan ti'l  langga yang  memiliki pinggir topi yang lebar dan mencuat ke atas.  Penduduk Roti menyukai  musik dan menari. Instrumen musik yang terkenal  dari daerah ini adalah Sasando.
Baa   berada di pantai Utara adalah kota utama di Pulau Roti. Sebagian rumah  penduduk  di kota ini memiliki bentuk tradisional dengan atapnya dari  daun ilalang  berbetuk kapal yang dapat ditemui di Jl. Pabean yang  merupakan jalan utama yang  berada di dekat pantai. Kawasan pantai yang  berada di sepanjang jalan antara  Baa dengan kawasan pelabuhan di Pantai  Baru memiliki panorama yang indah dengan  batu-batu karangnya.
Nemberala   adalah sebuah desa yang berada di pinggir pantai dengan pasirnya yang  berwarna  putih dan suasana pedesaan yang tenang. Kawasan perairan di  pantai Nemberala  merupakan lokasi selancar yang sangat bagus khususnya  pada antara bulan April  hingga Juli. Di kawasan pantai ini terdapat  beberapa lokasi dengan terumbu  karang yang indah yang menjadi lokasi  snorkeling.
Tempat   ini memiliki fasilitas akomodasi yang cukup memadai dan menjadi  satu-satunya  lokasi wisata yang paling menarik di Pulau Roti. Sebagian  wisatawan menjadikan  Nemberala sebagai basis (titik awal) untuk  melakukan perjalanan guna  mengeksplorasi beberapa lokasi menarik  lainnya di sekitarnya.
Pulau   Ndao yang berada di lepas pantai Barat Laut Nemberala terkenal karena  kerajinan  emas dan peraknya serta juga penghasil rupa-rupa tenun ikat  yang bagus. Secara  administratif Pulau Ndao masuk dalam wilayah Roti  namun masyarakatnya sangat  berbeda dengan masyarakat Roti. Orang Ndao  memiliki bahasa yang lebih mirip  dengan orang Sabu.
Pulau   Ndana di lepas pantai Setatan Boa dapat dicapai dengan kapal motor  dari  Nemberala. Pulau ini menjadi habitat rusa, berbagai jenis burung  dan kura-kura  yang datang ke pantai pulau ini untuk meletakkan  telurnya.
Di   sekitar Kalabahi terdapat sejumlah tempat menarik yang dapat  dikunjungi  wisatawan antara lain di Takpala yang merupakan sebuah desa  tradisional yang  berada di sebuah bukit. Takpala memiliki rumah adat  dengan atapnya yang tinggi.
Pemandangan   di desa ini sangat indah yang memperlihatkan panorama Laut Flores.  Penduduk  desa kerap menggelar pertunjukan tarian jika ada rombongan  wisatawan yang  datang berkunjung. Takpala terletak sekita 13 km di  Timur Kalabahi yang dapat  dikunjungi dengan  menumpang kendaraan  umum.
Sumber : Buku Informasi Pariwisata Nusantara Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia 
 Larantuka
Larantuka  adalah kota pelabuhan yang cukup sibuk yang terletak di ujung Timur  Flores yang  dipisah selat sempit dengan Pulau Solor dan Pulau Adonara.  Kota dengan penduduk  sekitar 30 ribu jiwa ini terletak di kaki Gunung  lli Mandiiri yang merupakan  gunung vulkanis.
Pelabuhan   Larantuka merupakan tempat keberangkatan kapal yang akan menuju ke  Kepulauan  Solor yang berada di Timur Flores dan kapal feri yang akan  menuju ke Kupang.
Walaupun   letaknya agak terpencil dengan wilayah lain di Indonesia namun dalam  sejarahnya  Larantuka adalah salah satu tempat yang pertama kali  didatangi para pedagang  Eropa.
Tempat   ini didatangi pedagang Portugis ketika mereka singgah dalam perjalanan  menuju  ke Timor untuk mencari kayu cendana. Pada sekitar tahun 1575,  pedagang Portugis  membangun benteng di daerah ini dan lebih dari 20  lokasi pusat penyebaran agama  Kristen oleh para misionaris.
Pengaruh   Katolik dan Portugis terasa masih sangat kuat di Larantuka. Di sini  terdapat  gereja besar atau kathedral dan rumah ibadah Kapela Tuan Maria  yang memiliki  ornamen perunggu dan perak bergaya Portugis.
Pada   setiap hari Sabtu, peribadatan di kapela ini dilaksanakan dalam bahasa  Portugis  dan pada setiap Hari Jum'at Agung dilakukan prosesi membawa  patung Perawan  Maria dari Kapela mengelilingi kota dengan nyanyian  dalam bahasa Latin.
Di  sekitar Larantuka terdapat beberapa lokasi menarik yang dapat dikunjungi  wisatawan antara lain sebuah pantai berpasir   putih  yang berada di Weri yang terletak sekitar 6 km di Utara Larantuka  dan  dapat dicapai dengan kendaraan umum dari terminal Larantuka.
Lokasi   menarik lainnya di sekitar Larantuka adalah Mokantarak yang berada 10  km dari  Larantuka. Tempat ini merupakan desa adat dengan rumah-rumah  tradisionalnya.  Sementara di Lewoloba di dekat desa Oka kerap menggelar  tarian tradisional  untuk menyambut wisatawan yang berkunjung.
Sumber : Buku Informasi Pariwisata Nusantara Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia 
 Maumere
Maumere merupakan kota pelabuhan utama di Kabupaten Sikka  yang berada di  antara wilayah Flores Tengah dengan Kabupaten Larantuka yang  berada di  Timur.
Nama   Sikka berasal dari nama sebuah desa yang berada di pantai Selatan  Flores yang  dulu pernah dikuasai penguasa Portugis dan keturunan pada  abad ke-17 dan abad  ke-20. Maumere telah menjadi pusat kegiatan kaum  misionaris asal Portugis dalam  menyebarkan agama Kristen sejak mereka  tiba di wilayah ini sekitar 400 tahun  yang lalu.
Pada   bulan Desember 1992, Maumere diguncang gempa hebat yang menghancurkan  sebagian  kota ini disusul gelombang pasang setinggi 20 meter yang  menewaskan ribuan  orang. Maumere terletak hanya 30 km dari pusat gempa  dan saat ini Maumere sudah  dibangun kembali dari kehancuran total  akibat gempa bumi.
Bagi   wisatawan yang berminat dengan kain tenun ikat maka Maumere merupakan  salah  satu pusat produksi tenun ikat. Wisatawan yang datang ke Maumere  umumnya hanya  untuk transit dan beristirahat sejenak sebelum melalui  melanjutkan perjalanan  menuju ke beberapa tempat yang menarik yang  terdapat di sekitar Maumere.
Pada   jarak 13 km di Timur Maumere terdapat Waiara yang merupakan titik  pangkal untuk  menuju ke taman laut Maumere yang dulu pernah menjadi  salah satu lokasi  penyelaman yang paling indah di Indonesia sebelum  hancur akibar gempa bumi  tahun 1992.
Namun   demikian lokasi terumbu karang di sekitar Pulau Pemana di Pulau Besar  di dekat  Waira masih dalam kondisi yang cukup baik dan cukup menarik  minat penyelam.
Sekitar   28 km di Timur Maumere, di dekat desa Wodong terdapat pantai Waiterang  yang  cukup menarik serta cukup menyenangkan untik bersantai beberapa  saat di tempat  ini.
Atraksi   pantai di tempat ini antara lain beberapa lokasi penyelaman khususnya  di dekat  Pulau Besar serta lokasi penyelaman dan snorkeling di pulau  Pangabatang. Di  kawasan di sekitar Wodong dan Waiterang tersedia  fasilitas akomodasi yang cukup  lengkap.
Di   Barat Laut Waiterang terdapat Gunung Egon (1.703 m) yang merupakan  gunung  vulkanis yang mengeluarkan asap. Gunung ini dapat didaki dari  Blidit dalam  waktu kurang dari tiga jam. Blidit terletak 6 km dari  Waiterang dengan  menumpang angkutan umum.
Sekitar   19 km dari Maumere, di jalan raya yang menuju ke Ende, terdapat museum  yang  memiliki koleksi benda-benda bersejarah asal Flores dan juga  koleksi kain  tenunan ikat langka.
 
 Museum   ini terletak di Ledalero milikpendeta Piet Petu yang asli orang  Flores. Di  Ladalero, terdapat sebuah sekolah pendeta (seminari) yang  murid-muridnya  berasal dari daerah ini. Koleksi tenun ikat di museum  ini memiliki desain atau  motif yang sudah jarang ditemukan lagi saat  ini begitu pula dengan bahan  pencelup warnanya.
Sekitar   45 menit perjalanan dengan menumpang angkutan umum dari Maumere (27  km)  terdapat sentra produksi tenun ikat lainnya yaitu di Sikka. Kota  ini dulunya,  pada abad ke-17, merupakan pusat pemukiman orang Portugis  di Flores. Sebuah  gereja tua yang dibangun pada tahun 1899 terdapat di  Sikka.
Sekitar   4 km dari Sikka terdapat Lela yang merupakan tempat di mana banyak  ditemui  bangunan tua peninggalan kolonial dan juga sentra kerajinan  tenun ikat. Lela  memiliki kawasan pantai dengan pasirnya berwarna  hitam.
Pada   jarak 10 km di Timur Maumere wisatawan akan tiba di Geliting yang mana  pada  setiap hari ]um'at digelar pasar tradisional yang dikunjungi  ribuan orang yang  datang dari berbagai desa di wilayah ini. Di pasar  ini banyak dijual aneka kain  tenun ikat.
Sekitar   10 km di Timur Laut Wodong terdapar Nangahale yang merupakan desa yang  cukup  menarik karena masyarakat disini pembuat kapal tradisional.  Jalan yang menuju  ke Nangahale akan melalui Patiahu, 33 km dari  Maumete, yang merupakan kawasan  pantai yang indah dengan pasirnya yang  putih.
Ende
Wilayah   Kabupaten Ende terletak di bagian Tengah Pulau Flores dengan  batas-batas di  sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores, sebelah  Selatan barbatasan dengan  Laut Sawu, sebelah Timur berbatasan dengan  Kabupaten Sikka dan di sebelah Barat  berbatasan dengan kabupaten Ngada.  Wilayah Kabupaten Ende mempunyai luas  sebesar 2.046,60 km3, yang  terdiri dari 16 kecamatan, 165 desa dan 20  kelurahan.
Ende   adalah kota yang menyenangkan dengan panorama bukit yang mengelilingi  Kota.  Terletak di kawasan pantai Flores bagian Tengah, penduduknya  memiliki ciri  campuran antara orang Melayu dan Melanesia. Ende berada  di bagian semenanjung  yang menjorok ke laut Pelabuhan tua dan sebagaian  besar pertokoan terdapat di  sisi Barat kota sedangkan pelabuhan utama  Ende terdapat di sebelah Timur.
Pada  kawasan perbukitan yang mengelilingi Ende terdapat Gunung Meja (661 m)  yang berada berdekatan dengan bandara, sementara gunung yang lebih besar Gunung  Iya berada di sebelah Selatannya. Pada bulan Desember tahun 1992 sebuah   gempa bumi menghancurkan Ende namun saat ini Ende telah kembali normal.  Ende  memiliki cuaca panas dan berdebu khususnya pada saat akhir musim  kering.
Bumi  Kabupaten Ende yang berbukit-bukit menyimpan keindahan luar biasa. Di sinilah  terdapat Gunung Kelimutu, di kawasan Taman Nasional Kelimutu. Terdapat  pula Danau Kelimutu atau disebut juga dengan Danau Tiga Warna. Bahkan,  danau ini oleh  dunia disebut sebagai salah satu dari sembilan keajaiban dunia.  Awal  mulanya daerah ini diketemukan oleh Van Such Telen, warga negara  Belanda,  tahun 1915.
Keindahannya  dikenal luas  setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun 1929.  Sejak saat itu  wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang  dikenal angker bagi  masyarakat setempat.
Mereka   yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga para peneliti  yang  ingin tahu kejadian alam yang amat langka ini. Kawasan Kelimutu  telah  ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26  Februari 1992.
Gunung   Kelimutu adalah Gunung yang memiliki tinggi 1.640 meter di atas  permukaan laut,  memiliki tiga buah kepundan di puncaknya yang disebut  Danau Kelimutu. Ketiga  danau Kelimutu ini memiliki warna air yang  berbeda-beda dan berubah tiap saat.  Dan warna merah menjadi hijau tua  kemudian merah hati. Kadang menjadi warna  cokelat kehitaman dan biru.
Gunung  Kelimutu meletus terakhir pada 1886 dan meninggalkan tiga kawah berbentuk danau  yang airnya berwarna merah (tiuw ata polo), biru (tiwu ko'o fai nuwa  muri), dan putih (tiwu ata bupu). Ketiga warna ini mulai berubah  sejak 1969 saat meletusnya Gunung Iya di Ende, dan perubahan warna itu pernah  serupa.
Menurut   kepercayaan masyarakat setempat, danau dengan air warna merah  merupakan tempat  berkumpulnya para arwah orang jahat. Danau biru untuk  para pemuda-pemudi, dan  danau putih untuk orang tua. Para arwah  diyakini akan bermukim di ketiga danau  itu sesuai status sosialnya.
Dalam   perjalanan menuju Kelimutu, wisatawan bisa menikmati pemandangan flora  dan  fauna yang jarang dijumpai di tempat lain seperti cemara gunung,  kayu merah,  edelweis, landak, babi hutan, tikus besar dan burung  gerugiwa.
Pemandangan   menakjubkan juga dapat dilihat seperti kegiatan solfatara yang terus   mengepulkan uap dan dinding kawah yang berwarna kuning. Bila melemparkan   pandangan ke bagian Timur saat mencapai puncak danau berwarna merah,  sebuah  bukit terlihat menjulang berbentuk bundar. Itulah Buu Ria,  lokasi paling tinggi  di Gunung Kelimutu.
Obyek   wisata Kelimutu sangat mudah di jangkau dan sedikitnya ada empat  alternatif  rute perjalanan ke Taman Nasional ini. Menuju Kelimutu dapat  di tempuh melalui  Moni, Flores, melalui Labuan Bajo dan melalui  Maumere. Dari Maumere melewati  pantai Utara pulau Flores yang terkenal  dengan pasir putih dan alam lautnya.
Alternatif   lainnya dari Maumere ke Wolowaru melalui desa-desa tradisional dengan  rumah  adat, bangunan megalitik, kerajinan tenun, tarian tradisional dan  peninggalan  purbakala seperti di Mbuli Lo'o, Ranggase, Jopu, Tenda,  Wolojita, Wiwipemo,  Nuamulu, Ngela dan Lisedetu.
Kawasan  pasar Ende yang  berada di depan laut juga menarik untuk dikunjungi.  Pasar yang semarak  ini ramai dikunjungi masyarakat untuk membeli buah-buahan,  makanan,  teh dan pakaian. Tempat penjualan kain tenun ikat dari Flores dan  Sumba  dapat ditemui di pasar ikat di sudut Jl. Pabean dan Jl. Pasar.
Setelah  puas menikmati keindahan panorama Danau Kelimutu, wisatawan bisa singgah di rumah  bekas pengasingan proklamator RI Soekarno di jantung Kota Ende. Di sini  tersimpan barang-barang milik Bung Karno  ketika menjalani masa pengasingan  selama empat tahun di Ende. Rumah di  Jalan Perwira, Kota Ende, itu tampak  seperti layaknya permukiman  penduduk karena konstruksinya menyerupai permukiman  di sampingnya.
Hal   yang membedakannya adalah sebuah papan nama bertuliskan Situs, Bekas  Rumah  Pengasingan Bung Karno di Ende' yang terpampang di halaman depan.  Di rumah  berukuran 12 x 9 meter ini, mantan Presiden Republik  Indonesia Soekarno (Bung  Karno) menjalani masa pengasingan oleh  kolonial Belanda selama empat tahun  (1934-1938).
Bung   Karno diasingkan sejak 14 Januari 1934 bersama istrinya, Inggit  Garnasih,  mertuanya, Ibu Amsih dan anak angkatnya, Ratna Juami; serta  guru anak  angkatnya, Asmara Hadi.
Dalam   berbagai catatan yang mengupas tentang masa pengasingan Bung Karno di  Ende,  Pulau Flores, NTT, salah satu yang paling diminati musyarakat  adalah buku  berjudul Bung Karno, Ilham dari Flores untuk Nusantara.
Buku   ini menceritakan perenungan Bung Karno di bawah sebuah pohon sukun  bercabang  lima yang melahirkan gagasan lima butir Pancasila. Kelima  butir Pancasila secara  resmi diumumkan Bung Karno pada 1 Juni 1945 di  depan sidang Dokoritsu Zyumbi  Tyoosakai.
Rumah  Soekarno dan pohon  sukun menjadi dua saksi sejarah yang berada di  jantung Kota Ende yang tetap  dipelihara dengan baik sampai sekarang. Di  kalangan masyarakat Ende, rumah  pengasingan Bung Karno ini dianggap  sakral.
Wisatawan  yang berada di Ende dapat juga Museum Bahari yang dibangun dengan  koleksi antara lain biodata laut. Museum ini buka setiap hari dan di sebelahnya  terdapat Museum Rumah Adat yang berbentuk rumah adat berukuran besar.
DI   depannya terdapat bangunan bergaya desa adat yang dilengkapi altar  persembahan.  Rumah tradisional masyarakat Ende yang berada di atas  tiang dapat ditemui di  Woloropo yang terletak sekitar 8 km di Timur  Ende.
Moni  adalah  sebuah desa yang cantik  dengan udara pegunungan yang sejuk dan tempat  yang menyenangkan untuk  berjalan-jalan. Desa ini merupakan pintu  gerbang bagi wisatawan yang akan  menuju ke Kelimutu. Wilayah desa Moni  yang berada dijalur jalan Ende-Maumere  merupakan pusat dari wilayah Lio  yang meliputi kawasan mulai dari Timur Ende  hingga ke Wolowaru.
Beberapa  desa di sekitar Moni merupakan sentra kerajinan kain tenun ikat antara  lain di desa Wolowaru yang berada di jalan raya yang menuju ke  Maumere. Desa  yang terletak sekitar 13 km di Tenggara Moni ini dapat  menjadi titik awal  perjalanan menuju ke beberapa desa lainnya yang juga  menjadi sentra kerajinan  tenun ikat seperti Jopu, Wolojita dan Nggela.
Produksi   kain tenun ikat di Nggela dikerjakan dengan tangan dan menggunakan  celupan  pewarna alami. Hasil kain tenun dari Nggela merupakan salah  satu yang terbaik  di Flores. Di Nggela, wisatawan dapat langsung  menyaksikan penduduk setempat  membuat kain tenun ikat.
Ende   juga menjadi sentral kerajinan tenun ikat yang memiliki gaya  tersendiri dan  pada umumnya memiliki motif-motif abstrak. Salah satu  desa penghasil tenun ikat  adalah Ndona yang berada 8 km di Timur Ende yang dapat dicapai dengan  menumpang angkutan umum dari Ende.
Boawe terletak sekitar 41 km dari Bajawa; di jalan raya  yang menuju ke Ende.  Wilayah yang berada di kaki Gunung Ebulobo ini merupakan  pusat  pemukiman orang Nagekeo, Boawe juga dikenal sebagai pusat kerajinan  tenun  ikat.
Pengunjung   dapat mendaki Gunung Ebulobo dengan ditemani pemandu yang dapat  ditemui di Boawe.  Gunung Ebulobo adalah gunung aktif yang masih  mengeluarkan asap dari puncak  kawahnya. Kegiatan pendakian di gunung  ini termasuk menginap di lerengnya dan  dilanjutkan dengan perjalanan ke  puncak pada keesokan harinya.
Riung
Salah  satu desa nelayan di daerah ini adalah Riung adalah satu dari sedikit  tempat di Flores yang memiliki akses ke  pulau-pulau kecil yang terdapat di  lepas pantai. Sebagian penduduk  Riung adalah orang Bugis yang tinggal di  rumah-rumah yang dibangun di  atas tonggak.
Pulau-pulau   kecil yang terdapat di sekitar Riung merupakan kawasan yang  dilindungi.  Pulau-pulau ini memiliki pantai yang indah dengan pasirnya  yang berwarna putih.
Perairan   di kawasan ini sangat bagus untuk snorkeling. Namun wisatawan harus  mencarter  perahu motor untuk mendatangi pulau-pulau yang tidak  berpenghuni ini.
Ruteng
Ibukota   Kabupaten Manggarai ini adalah sebuah kota pasar (market town) yang  merupakan  tempat pertemuan masyarakat yang datang dari berbagai desa di  wilayah  perbukitan di daerah ini untuk berjual-beli. Ruteng adalah  kota yang  dikelilingi persawahan yang membentang di lereng landai  kawasan gunung vulkanis  yang terdapat di wilayah ini.
Sebagian   besar penduduk Ruteng umumnya adalah orang Manggarai yang dikenal  pemalu namun  ramah dengan ciri khas antara lain kain sarung hitam yang  sering mereka  kenakan. Bahasa Manggarai tidak dimengerti oleh suku  lainnya di Floras kecuali  oleh orang Manggarai sendiri.
Di  Utara Ruteng terdapat bukit Golo Curu dan dari puncak bukit pengunjung  dapat melihat panorama yang sangat  indah ke arah kawasan perbukitan, lembah,  sawah, lereng pegunungan.  Dari Golo Curu, pengunjung dapat berjalan melalui  jalan Reo melalui  Hotel Karya ke sebuah bukit lainnya dimana di puncaknya  terdapat sebuah  rumah ibadah yang memiliki patung Bunda Maria.
Lebih  jauh ke Utara, 6 km dari Ruteng, terdapat air terjun Waegarik. Obyek  wisata air terjun lainnya adalah Cunca Rede dengan ketinggian 35 meter  terdiri dari tujuh tingkat air terjun yang terletak di Desa Nta'Ur.
Di  Kabupaten Manggarai terdapat Gunung Kanaka (2.140 m) yang dapat didaki  pengunjung. Lokasi ini dapat dicapai  dengan menumpang bus umum yang menuju ke  Timur Flores dan berhenti pada  tanda belokan yang menuju ke Gunung Kanaka.  Perjalanan dilanjutkan  dengan mendaki sepanjang 9 km hingga ke puncak di mana  terdapat stasiun  pemancar milik Telkom. Pemandangan dari puncak cukup indah dan  di  tempat ini terdapat kawah.
Sekitar  22 km dari Ruteng, di jalan raya yang menuju ke Bajawa, terdapat Danau  Ranamese yang oleh masyarakat setempat sering dtsebut dengan 'Kalimutu  kecil'.  Danau Ranamese merupakan lokasi wisata yang menyenangkan dan di  sekelilingnya  terdapat perbukitan yang ditutupi hutan. Lokasi wisata  ini memiliki visitors  center namun dengan sarana akomodasi yang  terbatas. Di tempat ini pengunjung  dapat melakukan treking menyusuri  kawasan di sekitar danau.
Danau  lainnya adalah Rana Tonjong dimana  terdapat banyak teratai besar dengan  luas 3.000 meter dan panorama  yang indah di Desa Nanga Mbaling, Sambi Rampas.  Konon jenis teratai di  danau ini tidak ada di tempat lain di Indonesia bahkan  di dunia. Waktu  yang tepat untuk keindahan teratai ini adalah dari Bulan  Agustus hingga  Januari.
Gua  juga merupakan potensi wisata di Ruteng dengan adanya Liang Bua, sebuah  gua alam dengan stalaktit dan stalaknit. Di dalam gua dulu  ditemukan artifak  dan tulang belulang manusia. Terletak di Desa liang  Bua. sekitar 14 km dari  kota Ruteng atau sekitar 30 menit perjalanan  dari ibukota kabupaten ini.
Gua  ini menjadi obyek penelitian arkeologi dari Amerika dan Inggris dan di dekatnya  ada gua-gua lainnya seperti Liang Galang dan Liang Tanah dengan  mulut gua berdiameter sekitar 50 meter. Masih banyak gua-gua  lainnya seperti  Liang Toge yang didalamnya juga pernah ditemukan  artefak.
Gua  lainnya yang dikenal adalah Torong Besi dimana ada patung bunda Maria  sehingga wisatawan yang berkunjung bukan  hanya untuk mcnikmati keindahan  panorama alamnya tetapi juga untuk  beribadah. Tempat ini ramai dikunjungi  terutama bulan Mei dan Oktober.
Untuk  obyek wisata pantai, wisatawan dapat mengunjungi Sengari, pantai  berpasir putih untuk berenang dan berjemur serta olahraga pantai lainnya.
Tempat  lainnya adalah Wae Wole yang berlokasi di Desa Watu Nggene, Komba  sekitar 95 km dari kota  Ruteng. Tempat menarik ini terkenal dengan taman  lautnya dan pada  periode tertentu di pantai ini banyak muncul udang.
Kawasan  pantai lainnya yang patut dikunjungi adalah Pantai Ketebe di Desa Robek  sekitar 75 km Utara Ruteng merupakan pantai dengan  hamparan pohon kelapa dan  cocok untuk snorkling, menyelam dan olahraga  air lainnya termasuk memancing.  Biasanya turis yang datang dari Labuan  Bajo dengan kapal akan singgah di pantai  ini untuk menikmati  keindahannya.
Pantai  Cepi Watu juga menawarkan keindahan  pantai yang berada di Borong, dekat Desa  Nagalabang. Pantai ini membentang  sepanjang 4 km dan gulungan ombak  hingga dua meter cocok untuk olahraga selancar  angin (surfing).  Letaknya 50 km atau satu setengah jam dari Ruteng sedangkan  dari Labuan  Bajo sekitar 185 km.
Sekitar  3 km dari Ruteng terdapat sebuah desa tradisional Compang Ruteng yang  cukup banyak menerima kedatangan wisatawan. Salah satu daya tarik  tempat ini  adalah suatu tempat yang disebut compang yaitu suatu  komplek yang terdiri dari  altar pemujaan arwah leluhur yang dikelilingi  dinding batu dan dua rumah adat  yang menghadap ke altar.
Salah   satu rumah adat itu dinamakan Mbaru Gendrang yang merupakan tempat  pertemuan  para tetua desa dan tempat dimulainya berbagai upacara adat.  Rumah ini juga  menyimpan berbagai pusaka adat yang dianggap suci salah  satunya adalah penutup  kepala berbentuk tanduk kerbau terbuat dari emas  atau perak yang disebut panggal  yang digunakan saat pertarungan caci.
Belu
Kabupaten   Belu dengan Atambua sebagai Ibukota, merupakan salah satu kabupaten  yang ada di  Provinsi Nusa Tenggara Timur. Terletak di sebelah Timur  dengan batas wilayah di  sebelah Utara berbatasan dengan Selat Ombai,  sebelah Selatan berbatasan dengan  Laut Timor, sebelah Timur berbatasan  langsung dengan negara Timor Leste dan di  sebelah Barat berbatasan  dengan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor  Tengah selatan  (TTS).
Pariwisata   adalah sektor yang cukup penting di Kabupaten Belu terutama tempat  wisatanya  yang sebagian besar masih "perawan" dan belum terjamah oleh  para  investor.
Benteng  Makes terletak di puncak bukit Desa Dirun, memiliki 7 lapis pintu masuk dan   lorong-lorong jalan keluar lewat belakang. Jarak dari pusat kota Atambua   sekitar 39 km. Pemandangan indah saat matahari terbenam dapat  dinikmati di  pantai Motadikin yang terletak di Desa Fahiluka, Kecamatan  Malaka Tengah.
Rumah  Adat Lorodirma, terletak di Desa Sanleo, Kecamatan Malaka Timur. Jarak dari  Kota  Atambua 45 km. Rumah Adat lainnya adalah Leogatal terletak di Desa  Kewar,  Kecamatan Lamaknen, sekitar 45 km Atambua.
Rumah  Adat Matabesi terletak di Kelurahan Umanen, Kecamatan Kota Atambua atau hanya 5  km  dari pusat kota. Ada pula perkampungan Rumah Adat di Desa Kamanasa,   Kecamatan Malaka Tengah, yang jaraknya 60 km dari ibukota.
Flores
Flores   merupakan sebuah pulau yang indah dengan deretan pegunungan vulkanis  dan  kawasan pantainya yang memiliki keindahan terumbu karang dan taman  lautnya.
Flores   memiliki masyarakat dengan kebudayaan lokal yang beraneka ragam dan  juga  kerajinan tenun ikat yang terkenal. Keindahan Flores telah  mengundang banyak  wisatawan mancanegara untuk datang ke pulau ini.
Flores   merupakan salah satu wilayah yang paling rawan dengan gempa. Saat ini  hanya  dapat disaingi oleh Sumatra dan Jawa. Salah satu gunung api yang  paling indah  di Flores adalah Kalimutu yang terdapat di Flores Tengah yang memiliki  tiga kawah dengan tiga warna yang berbeda.
Secara   geologis Flores adalah wilayah yang paling tidak stabil karena hampir  setiap  tahun terjadi gempa. Pada bulan Desember 1992, gempa bumi  berkekuatan 6,8 pada  skala Richter telah menimbulkan gelombang pasang  yang menewaskan sekirar 3.000  orang di Flores Timur dan meratakan  daerah Maumere.
Bentuk   permukaannya yang berbukit-bukit dengan banyak gunung ini menyebabkan  pembangunan  sarana transportasi jalan tidak mudah dilakukan di Flores.  Selain faktor gempa,  hujan deras juga sering menimbulkan banjir dan  longsor yang menyebabkan  kerusakan jalan sehingga badan jalan harus  sering diperbaiki.
Labuanbajo adalah kota nelayan kecil yang berada di ujung Timur  Pulau Flores  dengan suasana kota yang cukup menyenangkan, Wilayah di sekitar  kota  ini memiliki beberapa lokasi yang menarik khususnya bagi wisatawan asing   yang menyukai kegiatan air seperti snorkeling dan menikmati sinar  marahari.
Di   lepas pantai di sekitar Labuanbajo terdapat beberapa pulau kecil  dengan  panorama yang indah dan pantainya yang berpasir putih serta  cocok untuk  kegiatan snorkeling.
Panorama   pelabuhan di kota ini diramaikan dengan kehadiran kapal-kapal nelayan  bercadik  sementara di kejauhan tampak pulau-pulau kecil berjejer,  memberikan kesan  seolah-olah kita berdiri di tepi danau besar.
Beberapa  pulau kecil di sekitar Labuanbajo mcrupakan lokasi wisata yang menarik antara  lain Pulau Bidadari yang dapat ditempuh selama setengah hari dengan  menumpang perahu motor  dari Labuanbajo. Pulau ini memiliki kawasan perairan  dengan airnya  yang jernih serta aneka terumbu karang. Terdapat lokasi  penyelaman yang  menarik diantara pulau Sabolo Besar dan Sabolo Kecil.
Di  Timur Laut Labuanbajo terdapat lokasi pantai Batugosok dan Weicucu  yang memiliki sarana akomodasi bagi wisatawan. Pantai Weicucu memiliki  pasir  putih di mana terdapat sebuah pulau kecil, Pulau Kanawa yang  berhadapan dengan  pantai ini.
Pada   ujung jalan yang melalui Pantai Weicucu terdapat pelabuhan perahu  motor yang  mengantarkan wisatawan ke pulau-pulau kecil di sekitar  wilayah ini antara lain  Pulau Bidadari, Kanawa dan Rinca.
Lokasi  wisata Batu Cermin yang terletak sekitar 4 km dari Labuanbajo merupakan  kawasan bukit  karang yang memiliki sejumlah gua. Pengunjung harus membawa  penerangan  ketika memasuki gua yang memiliki ngarai yang cukup mengesankan di   dalamnya.
Atraksi  menarik lainnya adalah melihat hewan iguana raksasa yang dapat ditemui  di sepanjang kawasan pantai Riung. Iguana di tempat  ini pernah dilaporkan  memiliki panjang tiga meter. Dari puncak Bukit Watujupi yang terletak  sekitar 3 km dari Riung wisatawan dapat menikmati  pemandangan yang indah ke  arah pulau-pulau yang terdapat di sekitar  Riung.
Bajawa merupakan kota kecil yang berada di kawasan  perbukitan yang merupakan kota utama masyarakat suku Ngada; salah satu  masyarakat tradisional di Flores. Bajawa berada pada  ketinggian 1.100 meter di  atas permukaan laut dan dikelilingi oleh  pegunungan vulkanis; salah satunya  adalah Gunung Inerie (2,245 m).
Bajawa   adalah kota kecil yang bersih dengan hawa pegunungan yang sejuk. Di  tempat ini  tersedia fasilitas akomodasi dan restoran yang cukup  lengkap. Bajawa dikenal  sebagai salah satu kota wisata yang populer di  mana wisatawan dapat  mengeksplorasi keindahan alam dan tradisi  masyarakat yang ada di sekitar kota  ini.
Tujuan  utama wisatawan datang ke Bajawa adalah untuk melihat beberapa desa  tradisional suku Ngada yang banyak terdapat di sekitar Bajawa. Kehidupan  tradisional suku  Ngada selama ini sangat menarik perhatian wisatawan asing yang   berkunjung ke wilayah ini.
Wisatawan   dapat datang langsung ke desa-desa itu dengan atau tanpa pemandu.  Seorang  pemandu biasanya akan memberikan penjelasan yang lengkap dan  rinci mengenai  adat istiadat dan kebiasaan suku Ngada. Dengan demikian  pengunjung dapat  memberikan apresiasinya pada kebudayaan masyarakat  setempat.
Bena dan Wogo merupakan dua desa suku Ngada yang  dianggap paling tradisional di wilayah ini. Selain itu, desa Bena  memiliki pemandangan yang indah. Desa Bena terletak 19 km di Selatan  Bajawa, di  kaki Gunung Inerie (2.230 m). Di tempat ini terdapat  beberapa monumen batu  peninggalan masa lalu yang dilindungi. Rumah  tradisional di desa ini memiliki  atap tinggi yang terbuat dari daun  ilalang.
Rumah-rumah  ini berjejer dua baris di atas suatu gundukan dimana diantara keduanya terdapat  ngadhu dan bhaga dan sebuah bangunan berbentuk kuburan megalistik  dari zaman  pra-sejarah. Nghadu memiliki bentuk seperti payung setinggi tiga  meter  yang ditopang oleh tiang kayu sedangkan   bhaga memiliki bentuk seperti miniatur rumah yang beratap ilalang.
Kawasan   Wogo Lama ini dulu pernah dihuni penduduk namun sekarang sudah  ditinggalkan.  Penduduk Wogo Lama pindah ke tempat baru dekat jalan raya  agar bisa menikmati  aliran listrik. Wogo berada sekitar 1,5 km dari  Mataloko atau 18 km dari  Bajawa; di jalan raya yang menuju Ende dan  dicapai dengan menumpang angkutan  umum.
Wogo merupakan salah satu desa tradisional suku Ngada  yang terbesar di  wilayah ini. Rumah-rumah tradisional mengelilingi desa  sementara di  Wilahnya terdapat delapan atau sembilan ngadhu dan bhagha. Sekitar  1 km  dari Wogo terdapat Wogo Lama di mana terdapat batu-batu besar megalit  yang  mencuat dari tanah dan kerap digunakan pada setiap acara adat yang  penting.
 
 
    
 
 
 
 
0 Response to "Objek Wisata NTT"
Posting Komentar