Pulau Mansinam
Wisata Alam – Pulau Mansinam – Papua BaratPulau Mansinam terletakdi teluk doreri sebelah selatan kota Manokwari ,dengan luas 410,97 Ha, dan dengan Perahu Tradisional atau Long Boat adalah sarana transportasi yang digunakan mengunjungi pulau ini dalam 10-15 Menit waktu tempuh.
Terdapat Gua Kelelawar yang menarik , alam pantai yang indah dan nyaman melakukan kegiatan berenang dan berperahu. Menyelam di dasar laut sekitar pulau ada beberapa bangkai kapal yang tentunya menjadi objek daya tarik tersendiri .
Pulau mansinam juga menyimpan kenangan sejarah awal peradaban di Tanah Papua ,Situs Gereja, Rumah, Asrama, Sumur Tua dan beberapa Makam Zendeling adalah bukti sejarah yang masih dapat ditemui di sini. Mansinam, yang merupakan suatu pulau yang terletak di Manokwari, Papua Barat menyaksikan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan mengenal indahnya pemandangan langit dan laut yang biru ,sebagai pemandangan tanpa batas .
Langit yang biru dan laut nanbiru menyatu tanpa pembatas, suatu pemandangan yang langka yang dapat kita lihat sambil berjalan jalan di pantai berpasir putih yang alami dan mengagumkan, juga melihat kampung-kampung nelayan, serta berenang di pantai Wisata Sejarah – Situs Purbakala Tapurarang – Papua Barat
Lukisan tebing yang merupakan situs kuno Kokas di Andamata, Distrik Kokas, Fak-Fak, Papua Barat. Lukisan ini merupakan peninggalan jaman prasejarah
Lantas, apa keunikan lukisan berupa gambar telapak tangan manusia dan binatang di dinding tebing tersebut? Meski sudah berabad-abad lamanya, lukisan yang dibuat dengan pewarna dari bahan-bahan alami tersebut masih tetap terlihat jelas hingga saat ini. Warna merah pada lukisan tebing ini juga menyerupai warna darah manusia. Oleh karenanya masyarakat setempat juga sering menyebut lukisan tersebut sebagai lukisan cap tangan darah.
Dari seluruh penumpang di perahu itu, hanya nenek ini yang meninggal. Konon tak ada satu pun penumpang di atas perahu yang berusaha membantu sang nenek untuk menyelamatkan diri. Merasa sakit hati, arwah nenek yang telah berubah menjadi setan kaborbor mengutuk seluruh penumpang perahu yang berusaha menyelamatkan diri di atas tebing batu. Karena kutukan tersebut seluruh penumpang dan hasil-hasil laut yang dibawa seketika berubah menjadi lukisan tebing.
Di lokasi lukisan tebing ini Anda juga bisa menyaksikan kerangka-kerangka tulang manusia. Kerangka ini dipercaya merupakan kerangka leluhur atau nenek moyang masyarakat Kokas. Pada zaman dahulu masyarakat di sini memiliki kebiasaan meletakkan jasad leluhur yang meninggal di tebing batu, gua, tanjung ataupun di bawah pohon besar yang dianggap sakral.
Tulang tengkorak terdapat di tebing di Andamata, Distrik Kokas, Fak-Fak, Papua Barat. Tulang tengkorak manusia ini adalah sisa kebiasaan masyarakat setempat yang tidak menguburkan jazad leluhur melainkan meletakkannya di tebing batu, gua, tanjung ataupun di bawah pohon besar yang khusus atau dianggap sakral.
Tertarik menelusuri jejak prasejarah di Kokas? Dari terminal Fakfak Anda harus menempuh perjalanan darat menuju Kokas menggunakan angkutan luar kota. Jarak Fakfak-Kokas sejauh 50 kilometer akan ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Anda cukup merogoh kocek sebesar Rp 25.000 per orang, sekali jalan. Tiba di Kokas, perjalanan masih harus dilanjutkan menggunakan longboat dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Jika air sedang pasang, Anda bisa naik ke tebing dan menyaksikan lukisan ini dari dekat. Namun, jika air surut, keindahan lukisan tebing ini hanya bisa dinikmati dari atas longboat.
MENGUNJUNGI Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat laksana mengunjungi sebuah kota tua. Di wilayah distrik ini terdapat situs kuno yang menyimpan keajaiban dengan misteri di dalamnya. Tak hanya menarik, namun ini juga mengundang orang untuk datang menjumput keelokannya.
Salah satu situs kuno yang terkenal di Kokas adalah lukisan di tebing bebatuan terjal. Oleh masyarakat setempat tebing bebatuan terjal ini biasa disebut Tapurarang. Di Distrik Kokas kekayaan peninggalan sejak jaman prasejarah ini bisa dijumpai di Andamata, Fior, Forir, Darembang, dan Goras.
Lantas apa keunikan lukisan berupa gambar telapak tangan manusia dan binatang di dinding tebing tersebut? Meski sudah berabad-abad lamanya, lukisan yang dibuat mengunakan pewarna dari bahan-bahan alami tersebut masih tetap terlihat dengan jelas hingga saat ini. Warna merah pada lukisan tebing ini juga menyerupai warna darah manusia.Oleh karenanya masyarakat setempat juga sering menyebut lukisan tersebut sebagai lukisan cap tangan darah.
Bagi masyarakat setempat lokasi lukisan tebing ini merupakan tempat yang disakralkan. Mereka percaya lukisan ini adalah wujud orang-orang yang dikutuk oleh arwah seorang nenek yang berubah menjadi setan kaborbor atau hantu yang diyakini sebagai penguasa lautan paling menakutkan. Nenek ini meninggal saat terjadi musibah yang menenggelamkan perahu yang ia tumpangi.
Lukisan tebing yang merupakan situs kuno Kokas di Andamata, Distrik Kokas, Fak-Fak, Papua Barat
Dari seluruh penumpang di perahu itu, hanya nenek ini yang meninggal. Konon tak ada satupun penumpang di atas perahu yang berusaha membantu sang nenek untuk menyelamatkan diri. Merasa sakit hati, arwah nenek yang telah berubah menjadi setan kaborbor mengutuk seluruh penumpang perahu yang berusaha menyelamatkan diri di atas tebing batu. Karena kutukan tersebut seluruh penumpang dan hasil-hasil laut yang dibawa seketika berubah menjadi lukisan tebing.
Di lokasi lukisan tebing ini anda juga bisa menyaksikan kerangka-kerangka tulang manusia. Kerangka ini dipercaya merupakan kerangka leluhur atau nenek moyang masyarakat Kokas. Pada zaman dahulu masyarakat di sini memiliki kebiasaan meletakkan jasad leluhur yang meninggal di tebing batu, gua, tanjung ataupun di bawah pohon besar yang dianggap sakral.
Tertarik menelusuri jejak prasejarah di Kokas? Dari terminal Fakfak anda harus menempuh perjalanan darat menuju Kokas menggunakan angkutan luar kota. Jarak Fakfak-Kokas sejauh 50 kilometer akan ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Anda cukup merogoh kocek sebesar Rp. 25.000 perorang, one way.
Tiba di Kokas perjalanan masih harus dilanjutkan menggunakan longboat dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Jika air sedang pasang, anda bisa naik ke tebing dan menyaksikan lukisan ini dari dekat. Namun jika air surut, keindahan lukisan tebing ini hanya bisa dinikmati dari atas longboat
Wisata Alam, Budaya – Teluk Triton – Papua Barat
Daerah ini dikenal dengan keindahan bawah air yang dikenal sebagai sorga bawah laut dan warisan budaya.
Kawasan di Teluk Triton terdapat 959 jenis ikan karang dan 471 jenis karang di mana 16 dari mereka adalah spesies baru. Keindahan karang lunak adalah pemandanganan air alami di Teluk Triton. Serta dengan mudah menemukan Bryde’s paus mencari makanan.
Gambar kuno dari jaman pra-sejarah di sisi gunung menunjukkan telapak tangan dan binatang di Maimai adalah keindahan budaya yang semenarik dunia bawah laut di Teluk ini.
Menuju Teluk Triton dapat dengan penerbangan atau kapal dengan jadual tertentu ke Kaimana kemudian ke Teluk Triton, satu-satunya alat transportasi yang tersedia adalah transportasi laut dari Kaimana. Sebuah kapal milik pemerintah daerah di Kaimana yang transit di beberapa desa Teluk Triton yang sedang dalam perjalanan ke Teluk Etna.atau mengambil longboat atau speedboat sewaan untuk pergi ke Teluk Triton. Dari Port Kaimana, akan memakan waktu sekitar tiga jam dengan perahu panjang dan sekitar satu setengah jam dengan speedboat ke Teluk Triton.
Melihat gambar kuno dari jaman pra-sejarah di sisi dinding gunung sepanjang 1 Km di Maimai, Bryde’s paus di Lobo, dan menyelam atau snorkeling di dekat Temintoi, Selat Iris, masih dalam Teluk Triton. Anda hanya dapat melakukan perjalanan sekitar melalui laut. Bila cuaca baik, Anda dapat mengunjungi berbagai lokasi dalam satu hari.
Coba tenggok daerah Maimai. Di dinding tebing karang sepanjang sekitar 1 kilometer terdapat lukisan kuno peninggalan zaman prasejarah. Anda bisa menyaksikan berbagai lukisan etnik berupa telapak tangan, tengkorak, dan binatang. Yang menarik lukisan ini dibuat di lokasi tebing karang yang sulit dijangkau dengan tangan telanjang. Meski sudah berabad-abad lamanya lukisan dari bahan pewarna alami tersebut masih tampak jelas hingga saat ini.
Eloknya, paus-paus di sini hidup harmonis dengan masyarakat Teluk Triton. Meski hidup sebagai nelayan, masyarakat di sini tidak memburu mamalia ini. Mereka menganggap mamalia ini sebagai keluarga bahkan penyelamat. Tak heran jika binatang yang bisa mencapai ukuran hingga 12 meter ini tak segan-segan menampakkan diri bermain di sekitar perahu nelayan.
Saat air laut di sini teduh, kesempatan anda menyaksikan paus Bryde’s semakin mudah. Bagi pecinta selam dan pemburu foto underwater, kesempatan langka untuk bermain dan mengabadikan polah binatang raksasa ini rasanya sayang jika dilewatkan.Masih di Kampung Lobo anda juga bisa menyaksikan jejak peninggalan Hindia Belanda berupa tugu “Fort du Bus”. Dari tugu ini bisa dipastikan pada tahun 1828 di Lobo pernah berdiri benteng dan pos administrasi Hindia Belanda bernama Fort du Bus.
Nama Ford du Bus diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa saat itu, L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies. Berdirinya benteng ini menandai dimulainya koloni Hindia Belanda di tanah Papua. Pada masa tersebut pemerintah Hindia Belanda bahkan mengangkat tiga penduduk pribumi masing-masing adalah Raja Namatota, Raja Lokajihia yaitu Kasa, dan Lutu (orang terpandang di Lobo, Mewara dan Sendawan) sebagai kepala di daerah masing-masing.
Wabah malaria yang menyerang Lobo pada tahun 1835 mengubah keadaan. Wabah ini membunuh sebagian besar tentara Hindia Belanda di sana. Akhirnya benteng ini pun ditinggalkan.
Bagi pecinta selam, Anda wajib untuk membawa perlengkapan selam anda. Di Teluk Triton keindahan alam bawah lautnya sayang jika dilewatkan. Di sini, lokasi menyelam (dive site) yang biasa dikunjungi ada di seputar Temintoi, Selat Iris. Kekayaan alam bawah lautnya jelas tak diragukan lagi. Menurut data Conservation International (CI) Indonesia tahun 2006, perairan Teluk Triton memiliki 959 jenis ikan karang, 471 jenis karang (16 diantaranya jenis baru), dan 28 jenis udang mantis.
Puas menyelam, menu perjalanan terakhir adalah menikmati indahnya senja Kaimana. Senja di sini bukan sembarang senja. Jika cuaca cukup baik, bisa dipastikan senja di Kaimana akan memberi hiburan tak terlupakan. Kala senja, torehan semburat jingga merata di langit Kaimana. Dari Teluk Triton kemengahan senja terasa saat bola raksasa hangat laksana tenggelam di telan lautan.
Untuk menjumput indahnya surga di Teluk Triton, transportasi satu-satunya adalah menggunakan jalur laut. Sayang, di sini belum tersedia kapal wisata reguler yang melayani rute perjalanan di atas. Anda bisa mencapainya dengan menggunakan speedboat sewaan dari pelabuhan Kaimana. Biaya sewa speedboat dari Kaimana dibandrol sekitar Rp. 4-5 juta per hari
0 Response to "Wisata Papua Barat Nan Indah"
Posting Komentar