Benih intermediate ( Pepaya)
Pepaya (Carica papaya L.) adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. C. papaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica. Nama pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda, "papaja", yang pada gilirannya juga mengambil dari nama bahasa Arawak, "papaya". Dalam bahasa Jawa pepaya disebut "katès" dan dalam bahasa Sunda "gedang”.
Tanaman pepaya dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi 700 - 1000 mdpl, curah hujan 1000 - 2000 mm/tahun, suhu udara optimum 22 - 26 0C dan kelembaban udara sekitar 40% dan angin yang tidak terlalu kencang sangat baik untuk penyerbukan. Tanah subur, gembur, mengandung humus dan harus banyak menahan air, pH tanah yang ideal adalah netral dengan pH 6 -7 (Prabowo, 2007)
Gambar Morfologi Pepaya
Biologi bunga sangat penting untuk diketahui untuk dapat menentukan pohon induk tanaman, bentuk dan keseragaman buah dan tipe bunga pepaya yang ada. Berdasarkan bentuk bunga yang dimiliki, tanaman pepaya digolongkan sebagai tanaman yang menyerbuk silang. Menurut Samson 1989, Bunga pepaya terbagi menjadi 3 tipe antara lain: bunga jantan,bunga hermaprodit, bunga betina. Ciri khas dari bunga jantan adalah bunga berbentu tabung ramping dan tidak memiliki putik. Bunga hermaprodit memiliki putik dan benang sari. Bunga hermaprodit memilki 3 jenis yaitu bunga hermaprodit elongate yang bercirikan tangkai putik panjang sehingga buahnya akan memanjang; bunga hermaprodit petandria yaitu bunga yang memiliki 5 buah benang sari yang pendek serta melekat pada dasar bakal buah dan buah yang dihasilkan akan berbentuk lonjong. Bunga hermaprodit intermedia merupakan bunga dimana jantan dan betinanya telah berubah bentuk sehingga menghasilkan buah yang tidak beraturan. Selanjutnya pada bunga pepaya hanya memiliki putik saja.
Benih pepaya termasuk dalam kelompok benih intermediate yang akan mengalami kerusakan desikasi pada kadar air kurang dari 8% (Ellis et al. dalam Wood et al.,2000). Kualitas benih pepaya yang dihasilkan dipengaruhi oleh adanya lendir yang yang terdapat pada buah. Lendir yang terdapat pada buah pepaya dapat menurunkan kualitas benih yang dihasilkan karena lendir yang dihasilkan tersebut mengandung fenolik yang dapat menghambat perkecambahan (Andreoli dan Khan, 1993). Oleh sebab itu hal ini perlu diperhatikan agar produksi benih yang dihasilkan tidak mengalami kemunduran atau kualitasnya kurang baik.
Penyimpanan
Penyimpanan merupakan faktor utama bagi benih dari saat benih matang fisiologis di lapang, panen sampai benih tersebut ditanam kembali. Penyimpanan diperlukan agar mutu benih pada saat dipanen dapat dipertahankan dan memperlambat laju kemuduran benih yang terjadi. Stubsgaard (1992) dalam Siregar (2000), mengemukakan bahwa periode penyimpanan terdiri dari penyimpanan jangka panjang, penyimpanan jangka menengah dan penyimpanan jangka pendek. Penyimpanan jangka panjang memiliki kisaran waktu puluhan tahun, sedangkan penyimpanan jangka menengah memiliki kisaran waktu beberapa tahun dan penyimpanan jangka pendek memiliki kisaran waktu kurang dari satu tahun
Kemunduran benih merupakan kemunduran fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh dalam benih baik secara fisik, fisiologi maupun biokimia yang menyebabkan menurunnya viabilitas benih (Sadjad, 1980). Perpanjangan daya simpan benih diupayakan dengan pengaturan lingkungan simpan, perawatan benih dan kondisi benih sebelum disimpan.
Sukarman dan Rusmin (2000) menyatakan bahwa penyimpanan benih bertujuan untuk mempertahankan mutu fisiologis benih karena penyimpanan tidak dapat memperbaiki mutu benih. Selama proses penyimpanan, benih akan mengalami kemunduran yang kecepatannya dipengaruhi oleh faktor genetik, vigor awal benih, kelembaban nisbi, suhu ruang penyimpanan dan ketersediaan oksigen.
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki fluktuasi suhu yang cukup tinggi sehingga mengalami kesulitan dalam penyimpanan benih. Perubahan suhu akan mempengaruhi benih secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung akan memudahkan munculnya cendawan dan hama sedangkan secara tidak langsung akan meningkatkan suhu penyimpanan sehingga akan mempercepat laju kemunduran benih.
Kemasan
Penggunaan jenis kemasan merupakan faktor lingkungan simpan yang juga mempengaruhi viabilitas benih. Kemasan benih dirancang untuk melindungi mutu fisik benih selama penyimpanan sehingga kemasan yang dipergunakan harus cukup kuat, tahan pecah dan sobek. Didalam pengemasan yang penting adalah bahan pengemasan merupakan penahan uap air. Sifat permiabilitas bahan kemas terhadap uap air ini diperlukan untuk mempertahankan kadar air serta viabilitas benih. Sedangkan sifat-sifat lainnya yang tidak kalah penting adalah sealability, elastisitas, harga, dan mudah tidaknya bahan itu didapat ( Barlin 1990).
Kemasan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: a) kemasan yang kedap uap air seperti aluminum foil b) kemasan yang resisten terhadap kelembaban seperti plastik polietilen dan c) kemasan yang porous (memiliki rongga) seperti kertas (Harrington 1973; Justice dan Bass, 2002)
- Menurut Siregar (2000), beberapa sifat khusus yang harus diperhatikan dari kemasan adalah : Permeabilitas, yaitu kemampuan wadah untuk dapat menahan kelembaban dan gas pada level tertentu
- Insulasi, yaitu kemampuan wadah untuk mempertahankan suhu
- Ukuran lubang, yaitu kemampuan wadah untuk bertahan dari serangan serangga dan mikroorganisme yang dapat masuk melalui celah-celah kemasan
- Kemudahan dalam hal penanganan seperti tidak licin, mudah ditumpuk, mudah dibuka, ditutup, disegel dan mudah dibersihkan.
- Biaya, harus diperhitungkan dengan nilai nominal dari benih sendiri
Pemilihan jenis kemasan harus disesuaikan dengan tipe benih, kadar air awal, RH ruang simpan, kondisi ruang simpan, lama penyimpanan dan tujuan akhir dari penyimpanan (Haggerty dalam Bryrd 1983).
Media tanam
Media tanam sangat berpengaruh terhadap kualitas pertumbuhan akar. Media pasir akan membuat akar adventif tumbuh lurus tidak bercabang dan kaku. Media tanam harus dapat mempertahankan kelembaban dengan baik, bersifat porous sehingga memberikan aerasi yang cukup, bebas gulma, patogen dan nematode, media tidak boleh memiliki salinitas yang tinggi dan dapat disterilisasi, media juga mampu mencukupi kebutuhan tanaman dalam waktu yang lama (Hartmann dan Kester, 1993). Media Pasir memiliki daya menahan air yang rendah, berukuran besar dan memiliki pori-pori yang besar. Oleh karena itu pasir memiliki drainase dan aerasi yang baik dan biasanya sangat lepas.
Gambar Media tanam pepaya
Sumber : http://eleng.wordpress.com/
0 Response to "Sekilas tentang Pepaya (Carica papaya L.)"
Posting Komentar